Bisnis.com, JAKARTA — Membaiknya kondisi pandemi membuat proporsi tes Covid-19 terhadap seluruh pemeriksaan di PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) terus menurun. Namun, terdapat perubahan tren pemeriksaan di masyarakat yang semakin memahami pentingnya tes kesehatan.
Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty menjelaskan bahwa proporsi tes Covid-19 melonjak ketika pandemi merebak. Pada 2020, tes Covid-19 mencakup 25 persen dari total pemeriksaan Prodia sepanjang tahun.
Menurut Dewi, proporsi pemeriksaan Covid-19 terus menurun dari tahun ke tahun. Penyebabnya baik karena kasus Covid-19 yang relatif menurun maupun kesadaran masyarakat untuk memeriksa aspek selain Covid-19 sebagai pemantauan kesehatan.
“Porsi Covid testing di Prodia itu 2022 sekitar 5 persen—6 persen. 2020 itu tinggi akhir-akhirnya sampai 25 persen, 2021 itu 16 persen. Memang dia kayak kembali normal [dari tahun ke tahun,” ujar Dewi pada Selasa (28/3/2023).
Kondisi itu membuat total pengetesan di Prodia mengalami penurunan pada 2022. Menurut Dewi, hingga 2021 total kunjungan pasien meningkat untuk pemeriksaan Covid-19, sehingga membaiknya kondisi pandemi membuat pemeriksaan itu kembali ke titik normal.
Saat ini, meskipun total kunjungan pelanggan turun, jenis tes yang dijalani setiap orang justru bertambah. Dewi menyebut itu sebagai pengaruh dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan kondisi kesehatan setelah pandemi Covid-19.
Baca Juga
“Misalnya 2021 lalu satu orang dia bisa cek setahun tiga kali, saking takutnya terkena Covid dia menjadi jaga, cek-cek terus, padahal mungkin dia sehat-sehat saja. Nah, 2022 mungkin jadi setahun dua kali, bahkan yang sudah yakin akan kesehatannya mereka kembali dengan check-up setahun sekali,” ujar Dewi.
Turunnya total tes kesehatan turut memengaruhi kinerja perseroan. Berdasarkan laporan keuangan 2022, PRDA mengakumulasi total pendapatan Rp2,18 triliun, turun 17,74 persen (year-on-year/YoY) dari Rp2,65 triliun.
Prodia sejatinya berhasil menekan beban pokok pendapatan pada 2022 sebesar 16,18 persen YoY, sehingga menjadi Ro854,53 miliar. Meski demikian, laba kotor tetap terkoreksi 18,71 persen YoY, dari Rp1,63 triliun pada 2021 menjadi Rp1,32 triliun pada 2022.
Adapun, laba bersih PRDA sepanjang 2022 berjumlah Rp371,64 miliar. Capaian itu merefleksikan penurunan 40,36 persen dari 2021 yang menyentuh Rp623,23 miliar.
“Kalau 2022 itu beda, frekuensinya berkurang, tetapi sekali cek banyak tesnya. Perubahan polanya kira-kira seperti itu,” ujar Dewi.