Bisnis.com, JAKARTA — PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menilai permintaan tes kesehatan dari masyarakat kembali ke titik normal setelah sempat melonjak pada 2021 karena Covid-19.
Meskipun frekuensi tes turun, tetapi jenis tes yang dilakukan setiap orang justru bertambah.
Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty menjelaskan bahwa kondisi pandemi dan permintaan masyarakat terhadap tes kesehatan turut memengaruhi kinerja perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan 2022, PRDA mengakumulasi total pendapatan Rp2,18 triliun, turun 17,74 persen (year-on-year/YoY) dari Rp2,65 triliun.
Menurut Dewi, pada 2021 frekuensi tes kesehatan melonjak karena pandemi Covid-19.
Banyak orang yang mendatangi Prodia untuk melakukan tes, bahkan banyak pelanggan yang rutin menjalankan tes Covid-19 hingga tiga kali setahun, untuk memastikan bahwa dirinya sehat.
Baca Juga
Frekuensi kedatangan pelanggan ke Prodia pada 2021 bahkan tercatat melampaui kondisi sebelum pandemi Covid-19. Alhasil, pendapatan perseroan turut meningkat.
Memasuki 2022, frekuensi kedatangan pelanggan ibarat kembali ke titik normal. Menurut Dewi, hal itu pun berpengaruh terhadap kinerja pendapatan PRDA.
"Misalnya 2021 lalu satu orang dia bisa cek setahun tiga kali, saking takutnya terkena Covid dia menjadi jaga, cek-cek terus, padahal mungkin dia sehat-sehat saja. Nah, 2022 mungkin jadi setahun dua kali, bahkan yang sudah yakin akan kesehatannya mereka kembali dengan check-up setahun sekali," ujar Dewi pada Selasa (28/3/2023).
Meskipun begitu, Dewi menyebut bahwa terjadi penambahan jenis tes dari setiap orang yang datang ke Prodia, meskipun frekuensi kedatangan pelanggan menurun pada 2022. Perubahan pola itu menurutnya merupakan efek pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya pemantauan kondi kesehatan.
Dewi menilai bahwa masyarakat mampu memilih jenis-jenis tes yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal itu menjadi prospek bagi pengembangan usaha layanan kesehatan ke depannya.
"Kalau 2022 itu beda, frekuensinya berkurang, tetapi sekali cek banyak tesnya. Perubahan polanya kira-kira seperti itu," ujar Dewi.
Prodia sejatinya berhasil menekan beban pokok pendapatan pada 2022 sebesar 16,18 persen YoY, sehingga menjadi Ro854,53 miliar. Meski demikian, laba kotor tetap terkoreksi 18,71 persen YoY, dari Rp1,63 triliun pada 2021 menjadi Rp1,32 triliun pada 2022.
Adapun, laba bersih PRDA sepanjang 2022 berjumlah Rp371,64 miliar. Capaian itu merefleksikan penurunan 40,36 persen dari 2021 yang menyentuh Rp623,23 miliar.