Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Prodia (PRDA) Turun 17 Persen Sepanjang 2022, Laba Bersih Ikut Tergerus

Prodia mengakumulasi total pendapatan sebesar Rp2,18 triliun, turun 17,74 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai Rp2,65 triliun.
Laboratorium./Istimewa
Laboratorium./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten laboratorium klinis PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) melaporkan penurunan pendapatan sepanjang 2022. Koreksi pendapatan berimbas pada turunnya laba bersih pengelola laboratorium Prodia itu.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, Prodia mengakumulasi total pendapatan sebesar Rp2,18 triliun. Angka itu turun 17,74 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai Rp2,65 triliun.

Penurunan pendapatan terlihat pada hampir seluruh segmen usaha. Segmen laboratorium membukukan koreksi 19,17 persen year on year (YoY) menjadi Rp1,93 triliun dari Rp2,39 triliun. Sementara itu, segmen klinik turun 64,89 persen YoY menjadi Rp8,20 miliar dan segmen non laboratorium naik 2,07 persen menjadi Rp233,72 miliar pada 2022, dibandingkan dengan Rp228,97 miliar pada 2021.

Turunnya pendapatan PRDA turut dipicu oleh koreksi pada seluruh pemasukan berdasarkan pelanggan. Koreksi pendapatan dari pelanggan individu mencapai 25,41 persen YoY menjadi Rp668,44 miliar. Begitu pula pelanggan dari referensi dokter yang turun 19,59 persen secara tahunan, referensi pihak ketiga turun 10,83 persen, dan klien korporasi turun 5,16 persen YoY.

Prodia sejatinya turut berhasil menekan beban pokok pendapatan sebesar 16,18 persen YoY sehingga menjadi Ro854,53 miliar. Meski demikian, laba kotor tetap terkoreksi sebesar 18,71 persen YoY dari Rp1,63 triliun pada 2021 menjadi Rp1,32 triliun pada 2022.

Adapun laba bersih PRDA sepanjang 2022 berjumlah Rp371,64 miliar. Capaian itu merefleksikan penurunan 40,36 persen dibandingkan dengan 2021 yang menyentuh Rp623,23 miliar.

Terlepas dari koreksi kinerja pada 2022, Direktur Utama Prodia Widyahusada Dewi Mulianty sebelumnya mengharapkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2023 bisa berada di atas compound annual growth rate (CAGR) selama pandemi 2020—2022 yang mencapai 8—9 persen.

Prodia bakal mengalokasi belanja modal atau capex pada 2023 di kisaran Rp200 miliar sampai Rp250 miliar. Alokasi tersebut tidak banyak berubah daripada 2022 karena PRDA menerapkan kebijakan ekspansi yang lebih moderat.

Belanja modal akan difokuskan untuk melanjutkan otomatisasi dan modernisasi fasilitas-fasilitas laboratorium sehingga lebih efisien. Prodia juga akan fokus pada layanan digital yang diharapkan bakal menjadi sumber pendorong kinerja baru.

“Kami menyadari bahwa tahun-tahun ke depan akan penuh tantangan. Kalau kami melakukan bisnis as usual, pertumbuhan akan flat. Sehingga kami perlu menciptakan sesuatu yang tak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan,” kata Dewi saat membicarakan prospek kontribusi layanan digital Prodia belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper