Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah berpeluang melemah di tengah aksi jual dolar AS disebabkan kekhawatiran krisis sistemik yang lebih luas setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) yang berfokus pada pendanaan sektor teknologi AS membuat para pedagang berspekulasi bahwa Federal Reserve dapat menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang agresif.
Rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.385 dihadapan dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (14/3/2023), sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,31 persen ke posisi 103.493.
Mayoritas mata uang Asia Pasifik terpantau melemah dihadapan dolar AS. Yen Jepang melemah 0,49 persen, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, Dolar Singapura melemah 0,15 persen, Won Korea melemah 0,67 persen, Peso Filipina melemah 0,26 persen, Rupee India melemah 0,36 persen dan Yuan China melemah 0,37 persen.
Sementara itu, Ringgit Malaysia, Bath Thailand dan Dolar Taiwan menguat masing-masing 0,30 persen, 0,17 persen dan 0,14 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan dolar berpotensi kembali melemah mendekati level terendah karena kekhawatiran krisis sistemik yang lebih luas setelah jatuhnya pemberi pinjaman yang berfokus pada teknologi AS membuat para pedagang berspekulasi bahwa Federal Reserve dapat menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang agresif.
“Kegelisahan pasar terus mengatur nada untuk hari perdagangan kedua berturut-turut setelah keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, meskipun beberapa ketenangan dipulihkan setelah Presiden AS Joe Biden pada hari Senin berjanji untuk mengambil tindakan untuk memastikan keamanan sistem perbankan,” jelasnya dalam riset harian, Selasa (14/3/2023).
Baca Juga
Sementara itu, dari dalam negeri Bank Indonesia melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2023 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada Januari 2023 tercatat sebesar 404,9 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada Januari 2023 secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen secara tahunan (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 4,1 persen yoy.
Lebih lanjut, BI mencatat ULN pemerintah masih berada dalam fase kontraksi. Pada bulan Januari 2023, posisi ULN pemerintah tercatat sebesar 194,3 miliar dolar AS, atau secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 2,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 6,8 persen (yoy).
Perkembangan ULN tersebut terutama didorong oleh peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang makin meningkat.
Selain itu, Bank Indonesia dalam pertemuan minggu ini, tanggal 16 Maret 2023 berpotensi menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps, karena melihat perkembangan kondisi sektor perbankan di AS mendasari sejumlah ekonom untuk merubah pandangannya terhadap arah kebijakan The Fed. Sejumlah ekonom mulai mempertimbangkan kemungkinan The Fed mempertahankan sukubunga acuan dalam FOMC 22 Maret 2023, dari ekspektasi sebelumnya berupa kenaikan 25-50 bps.
Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.370 - Rp15.430.
Rupiah ditutup naik 3,50 poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.381,50 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS juga naik 0,11 persen ke level 103,71.
Pukul 13.35 WIB, rupiah menguat 3,50 poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.381,50 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS naik 0,11 persen ke level 103,72.
Pukul 12.47 WIB, rupiah menguat 10,50 poin atau 0,07 persen menjadi Rp15.375,50 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS naik 0,08 persen ke level 103,68.
Pukul 10.35 WIB, rupiah menguat 17,50 poin atau 0,11 persen menjadi Rp15.367,50 per dolar AS.
Sementara Indeks dolar AS turun 0,09 persen ke level 103,51.
Pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka menguat 12 poin atau 0,08 persen menjadi Rp15.373 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,03 persen ke level 103,62.