Bisnis.com, JAKARTA – Silicon Valley Bank (SVB) yang jatuh pada akhir pekan lalu memberikan efek terhadap industri keuangan tak terkecuali terhadap kinerja mata uang di Asia, termasuk nilai tukar rupiah.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan pada dasarnya kejadian yang menimpa SVB tersebut berdampak cepat terhadap sisi financial market.
"Kemarin dolar AS malah sempat melemah, kenapa? karena ada ekspektasi dari kejadian ini The Fed tidak akan agresif lagi, rupiah lumayan kencang,” ujarnya, Selasa (14/3/2023).
Pasar keuangan menjadi sisi yang rentan karena memiliki volatilitas yang cukup besar. Meski demikian, dampak runtuhnya SVB terhadap rupiah diperkirakan tidak akan banyak.
Andry mengingatkan bahwa Indonesia diuntungkan dengan kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh investor asing yang kini berada di kisaran 14 persen, tidak seperti 2019 yang mencapai 38,5 persen.
Bila kepemilkan SBN masih tinggi di level 38,5 persen, gejolak akan terjadi terhadap ekuitas, bursa saham hingga nilai tukar terhadap dolar.
Baca Juga
“Saya lihat dengan masih besarnya dan komoditas harga turun tapi masih relating tinggi, Saya rasa tidak akan kemudian rupiah ke arah Rp16.000. Kalaupun ke arah melemah, itu temporary,” tambahnya.
Mengacu pada pergerakan rupiah hari ini, rupiah ditutup turun 8,5 poin atau 0,06 persen menjadi Rp15.385 per dolar AS. Indeks dolar AS naik 0,34 persen ke level 103,947.
Di sisi lain, investasi langsung dari Amerika ke Indonesia juga relatif kecil. Terlebih sangat sedikit modal ventura (venture capital/VC) Indonesia yang melakukan investasi di perusahaan rintisan atau startup AS.