Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa ke Rp15.375, Dolar AS Turun 0,54 persen

Rupiah ditutup perkasa ke posisi Rp15.375 setelah naik 0,48 persen pada perdagangan hari ini (13/3/2023). Sementara dolar AS terpantau turun 0,54 persen.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup perkasa ke posisi Rp15.375 dihadapan dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (13/3/2023) dihadapan dolar AS, sementara itu, indeks dolar terpantau turun 0,54 persen ke posisi 103.593.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup menguat 0,48 persen ke posisi Rp15.375 per dolar AS. Mata uang rupiah ditutu menguat bersamaan dengan sejumlah mata uang Asia Pasifik.Yen Jepang menguat 0,35 persen terhadap dolar AS, Dolar Singapura menyusul dengan menguat 0,35 persen. Kemudian Dolar Taiwan, Won Korea, Peso Filipina, Yuan China, Ringgit Malaysia, Rupee India dan Bath Thailand menguat masing-masing 0,74 persen, 1,78 persen, 0,34 persen, 0,18 persen, 0,70 persen, 0,13 persen dan 0,25 persen. 

Sementara itu, Dolar Hong Kong terpantau melemah 0,02 persen. 

Sebelumnya, mengutip pemberitaan Reuters, pelemahan dolar AS disebabkan oleh ekuitas berjangka AS yang melonjak sebagai akibat dari Silicon Valley Bank (SVB) yang kolaps. 

Imbal hasil AS dua tahun yang ditambahkan ke jatuh pada hari Jumat untuk tergelincir ke hampir 4,35 persen, level terendah dalam sebulan. Investor bertaruh bahwa krisis di Silicon Valley Bank akan memaksa The Fed untuk memilih kenaikan suku bunga yang lebih kecil pada pertemuan bulan ini.

Sekarang ada kemungkinan besar bahwa Fed akan memberikan kenaikan suku bunga 25 bps pada bulan Maret, harga berjangka menunjukkan.

"Ekspektasi suku bunga berjangka dana Fed telah bergeser secara nyata - tidak hanya pasar sekarang melihat puncak yang lebih rendah, tetapi penurunan suku bunga akhir tahun ini kembali ke menu," kata Capital Economics dalam sebuah catatan.

Bank sentral AS, bersama Departemen Keuangan AS, mengambil langkah-langkah untuk menahan dampak dari keruntuhan SVB. Ekuitas berjangka AS melonjak, semakin melemahkan permintaan dolar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper