Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah pada akhir pekan, bertengger di atas Rp15.300 per dolar AS meskipun indeks yang mengukur kekuatan greenback mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, rupiah pada Jumat (4/3/2023) ditutup melemah 0,20 persen atau 30,5 persen ke Rp15.311. Sementara itu indeks dolar AS melemah 0,47 persen ke 104,52.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan dolar AS akan mencari keseimbangan baru di tengah sentimen-sentimen seperti proyeksi puncak suku bunga AS yang semakin liar.
"Selain itu, bangkitnya roda perekonomian China diharapkan memperkuat Yuan sehingga bisa menekan dominasi dolar AS dan implementasi pengendapan DHE [dana hasil ekspor] di bank domestik membantu daya juang rupiah," jelasnya dalam riset, dikutip Sabtu (4/3/2023).
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan saat ini pasar global masih merespons positif pernyataan dari President The Fed Atlanta, R. Bostic, yang menginginkan The Fed untuk terus mempertahankan kenaikan Fed Fund Rate sebesar 25 bps pada FOMC meeting berikutnya.
"Kendati Bostic bukan pemilih aktif dalam FOMC meeting tahun ini, namun outlook suku bunga yang dia berikan akan menjadi bahan pertimbangan pelaku pasar dalam menentukan langkah taktis selanjutnya dalam menghadapi ketidakpastian kebijakan moneter The Fed," ungkapnya.
Namun, laporan data klaim pengangguran terbaru yang masih bertahan di level rendah, serta data pertumbuhan biaya upah yang lebih tinggi dari perkiraan, membuat pasar tetap berekspektasi secara umum The Fed akan mempertahankan kebijakan yang hawkish tahun ini.
Baca Juga
Di pasar domestik, analis melihat tekanan inflasi yang masih sangat terkendali akan menjadi pertimbangan utama bagi Bank Indonesia untuk secara hati-hati merespon agresivitas The Fed.
"Dengan kondisi saat ini, kami masih yakin BI perlu menaikan bunga acuannya paling tidak 25 bps untuk menahan gejolak rupiah yang berpotensi untuk menguji level tahanan baru di Rp15.300 per dolar AS," kata Lionel.