Bisnis.com, JAKARTA – Kontribusi nilai transaksi harian saham-saham emiten BUMN dan anak usahanya terhadap IHSG mencapai Rp2,78 triliun. Jumlah itu akan semakin besar jika insentif untuk IPO perusahaan plat merah diketok.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman mengatakan sampai dengan Jumat (24/2.2023), terdapat 37 perusahaan tercatat dari BUMN dan entitas anak usaha. Menurutnya dari 37 perusahaan tersebut, 14 di antaranya adalah perusahaan BUMN dan 23 lainnya adalah entitas anak BUMN. I
“Prestasi membanggakan BUMN tercermin dari nilai kapitalisasi pasar Bursa yang 23,4 persennya dimiliki oleh BUMN dan entitas anak usahanya. Selain itu, perusahaan dan entitas anak BUMN memberikan kontribusi sebanyak Rp2,78 triliun atau 27 persen dari rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di Bursa dari total RNTH 2023 sebesar Rp10,3 triliun,” kata Iman dikutip Selasa (28/2/2023).
Iman berharap angka tersebut dapat terus meningkat. Sebab dia optimistis ke depannya akan lebih banyak lagi perusahaan BUMN dan entitas anak usaha BUMN yang dapat memanfaatkan berbagai alternatif pendanaan yang tersedia di pasar modal Indonesia, seperti penerbitan sukuk, green bond, efek beragun aset, dan lainnya.
Adapun antara BEI dan BUMN telah melakukan penandatanganan MoU antara BEI dengan Kementerian BUMN diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah, transparansi, dan akuntabilitas perusahaan, serta entitas anak usaha BUMN. Hal ini akan membantu meningkatkan daya saing perusahaan BUMN di tingkat nasional maupun global. Ruang lingkup kerja sama BEI dan Kementerian BUMN ini dapat mendukung pengembangan pasar modal melalui sosialisasi, edukasi, serta pendampingan mengenai go public, sekaligus penerbitan instrument pendanaan pasar modal lainnya untuk perusahaan dan entitas anak usaha BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya mengusulkan agar saham dari BUMN dan anak usahanya dapat dilepas ke publik secara bertahap, mengingat nilainya yang besar. Berdasarkan Poin III.2.6.3 Kep-00101/BEI/12-2021 Calon Perusahaan Tercatat yang memiliki nilai ekuitas sebelum Penawaran Umum lebih dari Rp2 triliun, paling sedikit melepas 10 persen ke publik dari jumlah saham yang akan dicatatkan di Bursa.
Baca Juga
“Bukannya tidak menyerap tapi kami usulkan ke bursa staging atau secara bertahap karena ini kan besar sekali, ini valuasinya billion, billion, billion,” kata Erick di Gedung BEI, Jakarta, Senin (27/2/2023).
Erick mengatakan setiap BUMN yang mencatatkan perusahaannya di BEI mendapat dana yang cukup. Dia tidak mau nantinya dana yang diperoleh dari IPO berlebih.
“Kita ingin memastikan ketika kita listing dana yang kita ambil cukup, kita nggak mau berlebih, cukup untuk investasi di sumur-sumur baru atau pengembangan sumur dengan sistem baru,” kata Erick.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan terdapat aturan yang perlu didiskusikan dengan bursa, salah satunya terkait dengan batasan jumlah saham free float setelah penawaran umum paling sedikit 10 persen dari kapitalisasi perseroan.
“PHE masih akan kita review dan bicarakan dengan Bursa dan OJK. Karena mengenai batasan nilai tadi itu menjadi salah satu pertimbangan. Perusahaan yang besar seperti PHE atau lainnya, kapitalisasinya 1 persen saja sudah di atas nilai tertinggi IPO yang pernah ada, ini nanti ke depan perlu kita diskusi mengenai bagaimana untuk BUMN atau anak usaha BUMN atau subholding yang sudah besar untuk IPO,” jelasnya beberapa waktu lalu.