Bisnis.com, JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) membidik penjualan batu bara mencapai 64 juta ton pada 2023.
Manajemen Adaro menargetkan minimal perseroan dapat menjual batu bara 62 juta ton atau maksimum mencapai 64 juta ton. Penjualan itu akan terdiri dari 58 juta ton hingga 60 juta ton batu bara termal.
Lalu sekitar 3,8 juta ton hingga 4,3 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals. “Volume ADMR terus bertumbuh karena permintaan yang kuat untuk batu baranya. Volume dari Balangan Coal Companies dan PT Mustika Indah Permai juga diperkirakan akan meningkat. Angka ini tidak termasuk target tambang Kestrel yang ditetapkan 6 juta ton,” ungkap manajemen dalam keterangan resmi, Jumat (17/2/2023).
Sementara itu, Adaro mencatat rekor tertinggi produksi batu bara sebesar 62,88 juta ton pada 2022. Jumlah itu setara dengan kenaikan 19 persen dari 52,70 juta ton pada tahun lalu. Selain itu, torehan tersebut melampaui panduan yang ditetapkan pada kisaran 58-60 juta ton.
Kenaikan produksi juga ditopang oleh volume penjualan batu bara yang naik 19 persen menjadi 61,34 juta ton dari 51,58 juta ton pada 2021. Manajemen Adaro mengatakan pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh produk batu bara termal yang meningkat 22 persen menjadi 44,91 juta ton pada dibandingkan 36,77 juta ton pada 2021.
Selain itu, tahun ini Adaro mengalokasikan belanja modal antara US$500 juta sampai US$600 juta untuk ekspansi bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan logistik. Belanja modal ini tidak termasuk belanja modal untuk proyek transformasi bisnis di Kaltara.
Baca Juga
Adaro memiliki beberapa proyek yang akan dilaksanakan di kawasan industri ini, termasuk smelter aluminium dan PLTU yang menjadi sumber energinya, serta PLTA. Porsi ekuitas Adaro pada proyek-proyek ini akan diumumkan kemudian.
Di sisi lain, Investor Relation ADMR Danuta Komar menyampaikan tahun ini ADMR akan merogoh kocek untuk belanja modal atau capex sebesar US$70 juta – US$90 juta untuk segmen batu bara metalurgi. Dengan estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS, alokasi capex setara dengan Rp1 triliun-Rp1,35 triliun.
“Anggaran belanja modal ini belum termasuk belanja modal untuk smelter aluminium. Perusahaan memperkirakan pencapaian financial close proyek ini pada semester I/2023 dan akan membuat pengumuman lebih lanjut mengenai porsi ekuitas di kemudian hari,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (15/2/2023).
Sebelumnya, ADMR diketahui akan menyiapkan capex hingga US$1,1 miliar atau setara engan Rp16,3 triliun apabila memasukkan pengembangan smelter aluminium dalam hitungan.
Terkait dengan smelter aluminium tersebut, pada 2022 ADMR juga telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Hyundai Motor Company untuk produksi dan suplai aluminium, dan penandatanganan Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat, melalui perusahaan anak, untuk proyek smelter aluminium.