Bisnis.com, JAKARTA — Emiten laboratorium klinis PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) berencana menambah dua outlet mandiri di 2023 dan fokus mengembangkan layanan digital melalui anak usaha barunya PT Prodia Digital Indonesia (PRDI).
Direktur Utama Prodia Widyahusada Dewi Mulianty mengatakan Prodia memang tidak berencana menambah cabang baru dalam skala besar ke depannya. Hal ini lantaran cakupan cabang yang telah menjangkau seluruh provinsi. Di sisi lain, Prodia ingin fokus mengembangkan kanal digital melalui PRDI.
Sampai akhir 2022, Prodia Mengelola 152 cabang mandiri yang tersebar di 34 provinsi. Perseroan juga mengoperasikan layanan yang bekerja sama dengan beberapa rumah sakit sehingga outlet kumulatif mencapai 276 unit.
“Kami berencana menyiapkan dua outlet baru. Memang kami tidak mau terlalu ekspansif di penambahan outlet karena kami ingin memperbesar kanal digital. Kami melihat ke depan tidak akan banyak membuka cabang karena sudah terpenuhi di semua provinsi. Sementata itu dengan kanal digital, akses konsumen akan mudah,” kata Dewi di Jakarta, Selasa (24/1/2022).
Sebagai informasi, PRDA bersama induk usahanya PT Prodia Utama mendirikan anak usaha baru dengan total modal dasar senilai Rp1 triliun yakni PRDI.
PRDI bergerak di bidang aktivitas jasa informasi. PRDA memang tengah fokus mengembangkan layanan berbasis digital Prodia beberapa tahun terakhir yang dirancang dengan memperhatikan customer journey dan patient-centric model.
Baca Juga
Selain itu, Prodia juga selalu meningkatkan layanan Prodia Mobile Apps dan layanan hasil pemeriksaan daring (HPSL Online) sambil terus memberikan edukasi dan informasi melalui website dan berbagai media sosial.
Pemanfaatan digitalisasi diharapkan membantu menjangkau pelanggan yang lebih luas dan mendukung performa bisnis secara keseluruhan. Pada 2022, PRDA menargetkan kontribusi pendapatan dari layanan digital dan Home Service sebesar 16 persen sampai 18 persen.
Dewi menjelaskan kontribusi pasar digital tahun lalu berkisar di 11 persen sampai 12 persen. Kontribusi diharapkan meningkat pada 2023 seiring dengan penyempurnaan layanan dan inovasi yang disiapkan.
Adapun untuk alokasi belanja modal atau capex 2023, Dewi mengatakan Prodia kembali menyiapkan anggaran dengan nominal yang kurang lebih sama dengan 2022 yakni Rp200 miliar sampai Rp250 miliar. Capex akan digunakan untuk melanjutkan otomatisasi dan modernisasi fasilitas-fasilitas laboratorium sehingga lebih efisien.
“Kami harapkan 2023 pertumbuhan kinerja bisa kembali seperti sebelum pandemi yakni 9—10 persen atau bahkan lebih. Sektor kesehatan melanjutkan pertumbuhan karena awareness masyarakat juga meningkat,” katanya.
Prodia sempat menorehkan pertumbuhan di atas rata-rata pada 2021. Sepanjang Januari—Desember 2021, Prodia mengantongi pendapatan sebesar Rp2,65 triliun atau naik 41,57 persen secara tahunan dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp1,87 triliun.
Sementara itu, laba tahun berjalan melesat 131 persen dari Rp268,74 miliar menjadi Rp621,62 miliar.
Sementara itu, pendapatan PRDA Per September 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai akhir kuartal III/2022, Prodia mengantongi pendapatan sebesar Rp1,57 triliun, turun 20,62 persen dibandingkan dengan Januari—September 2021 yang mencapai Rp1,99 triliun.
Dari sisi bottom line, laba tahun berjalan PRDA tercatat sebesar Rp275,19 miliar atau turun 46,15 persen dibandingkan periode yang sama di 2021 sebesar Rp511,08 miliar.