Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Tenggelam, Ancaman Baru Covid-19 Mengintai Dunia

S&P 500 turun ke level terendah sejak awal November 2022, dalam perdagangan pekan liburan yang tipis.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York jatuh pada perdagangan Rabu (28/12/2022) waktu setempat di tengah kekhawatiran bahwa akhir dari kebijakan zero Covid-19 di China dapat menyebabkan peningkatan kasus infeksi di seluruh dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (29/12/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 1,10 persen atau 365,85 poin ke 32.875,71, S&P 500 tergelincir 1,20 persen atau 46,03 poin ke 3.783, 22, dan Nasdaq ambruk 1,35 persen atau 139,94 poin ke 10.213,29.

S&P 500 turun ke level terendah sejak awal November 2022, meskipun dalam perdagangan pekan liburan yang tipis, dengan volume sekitar 20 persen di bawah rata-rata 30 hari. Saham-saham teknologi tetap berada di bawah tekanan, bahkan ketika Tesla Inc. menghentikan penurunan selama tujuh hari yang dipicu oleh kekhawatiran tentang pelemahan permintaan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terdorong ke 3,88 persen dan indeks dolar naik AS ke level tertinggi di akhir sesi.

Sentimen memburuk ketika kekhawatiran meningkat atas penyebaran virus Covid-19. Otoritas kesehatan Italia mengatakan mereka akan mulai menguji semua kedatangan dari China untuk Covid setelah hampir setengah dari penumpang dalam dua penerbangan ke Milan ditemukan mengidap virus tersebut. Jika jenis baru ditemukan, pejabat dapat memberlakukan pembatasan yang lebih ketat pada perjalanan dari China.

Belakangan, AS mengatakan akan mewajibkan penumpang pesawat dari China untuk menunjukkan tes Covid-19 negatif.

Suasana hati-hati investor meredam harapan untuk reli di minggu perdagangan terakhir tahun 2022 setelah tahun yang brutal untuk pasar keuangan. Pasar saham global telah kehilangan seperlima dari nilainya, penurunan terbesar sejak 2008 secara tahunan, dan indeks obligasi global merosot 16 persen.

Dolar telah melonjak 7 persen dan imbal hasil 10 tahun AS telah melonjak menjadi di atas 3,80 persen dari hanya 1,5 persen pada akhir tahun 2021 karena Federal Reserve mengejar jalur kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengendalikan inflasi.

“Kami pikir investor menjadi terlalu pesimis mengingat kami berada dalam siklus kenaikan suku bunga. Kami memperkirakan ekonomi akan melambat secara material atau memasuki resesi di beberapa titik di tahun 2023.” tulis Nancy Tengler, CEO dan Kepala Investasi Laffer Tengler Investments.

Sementara itu, dalam upaya untuk menghidupkan kembali Hong Kong sebagai pusat keuangan, kota tersebut akan mengakhiri beberapa aturan utama Covid terakhirnya, menghapus batasan pengumpulan untuk pemeriksaan vaksinasi dan pengujian bagi para pelancong.

Kendati demikian, meski pembongkaran pembatasan Covid mungkin menjadi pendorong ekonomi global, ada kekhawatiran tentang tekanan inflasi yang dapat mendorong pembuat kebijakan di AS mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

“Sekarang kita sudah hampir setahun memasuki bear market ini, pada titik terendahnya saya pikir kita hampir turun 30 persen, kita telah melihat cukup banyak untuk memberi tahu bahwa kita baik-baik saja, kita ingin berjaga-jaga untuk peluang tambahan pada tahun baru,” kata Sameer Samana dari Wells Fargo Investment Institute. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper