Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global naik pada akhir perdagangan Selasa (20/12/2022), yang ditandai dengan berkurangnya likuiditas menjelang musim liburan. Lonjakan harga juga didukung oleh pelemahan dolar AS dan potensi permintaan energi di China.
Mengutip Bloomberg, Rabu (21/12/2022), harga West Texas Intermediate (WTI) menetap di atas US$76 per barel, dibantu oleh pelemahan dolar AS, yang membuat harga komoditas dalam greenback lebih menarik. Upaya China untuk menghidupkan kembali ekonominya dengan menghapus pembatasan virus Covid-19 memicu harapan konsumsi yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Gangguan pasokan yang berkelanjutan di AS juga mendukung harga minyak. TC Energy menunda dimulainya kembali operasional pipa Keystone untuk seminggu dan sekarang menargetkan pengoperasian pada 28 atau 29 Desember.
Di tempat lain, produksi di North Dakota turun sekitar 300.000 barel per hari sejak badai musim dingin minggu lalu dan pemulihannya akan memakan waktu lama.
Minyak mentah masih berada di jalur untuk kerugian bulanan kedua dengan kurangnya likuiditas yang membuat harga rentan terhadap perubahan besar.
Bank Sentral AS Federal Reserve masih memberi sinyal kenaikan suku bunga yang agresif, sementara seorang pejabat tinggi Bank Sentral Eropa mengatakan akan membutuhkan waktu untuk menurunkan inflasi.
Baca Juga
Menteri perminyakan Saudi mengingatkan para pelaku pasar minyak bahwa OPEC+ akan terus membuat keputusan berdasarkan cara pandangnya terhadap kondisi pasar.
“OPEC dan sekutunya tidak punya pilihan selain tetap proaktif dan preemptive mengingat ketidakpastian yang dihadapi pasar,” kata Abdulaziz bin Salman bin Abdulaziz Al Saud.