Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (21/12/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,10 persen atau 15 poin ke level Rp15.587. Sementara itu, indeks dolar AS ditutup melemah 0,03 persen atau 0,02 poin ke 103,93.
Bersamaan dengan rupiah, sejumlah mata uang kawasan Asia juga turut menguat adalah won Korea Selatan naik 0,40 persen, peso Filipina naik 0,24 persen, dolar Taiwan naik 0,08 persen, dan dolar Singapura naik 0,01 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang terkoreksi hari ini adalah baht Thailand turun 0,28 persen, ringgit Malaysia turun 0,16 persen, dolar Hong Kong turun 0,09 persen, yuan Cina turun 0,08 persen, dan yen Jepang turun 0,01 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS stabil terhadap mata uang lainnya akibat Bank of Japan yang mengejutkan pasar dengan perubahan kebijakan. Hal ini membua jalan berakhirnya kebijakan moneter yang ultra-akomodatif di Jepang.
Bank of Japan mempertahankan suku bunga acuan dengan angka uang mendekati nol. Namun, kebijakan ini memperluas kisaran fluktuasia imbal hasil obligasi pemerintah menjadi minus 0,5 persen.
Baca Juga
"Bank of Japan terpaksa melakukan intervensi untuk mendukung mata uangnya pada Oktober setelah penurunan tajam yen tahun ini, sebagian besar didorong oleh melebarnya kesenjangan antara suku bunga lokal dan AS," ujar Ibrahim dalam riset, Rabu (21/12/2022).
Dari Eropa, Bank of England kian mendekati siklus pengetatan suku bunga. Besarnya defisit neraca berjalan Inggris juga membuat poundsterling rentan dalam perlambatan global.
Sementara pasar Asia terbebani oleh situasi Covid-19 yang tidak pasti di Cina. Negara tersebut mengalami peningkatan kasus yang drastis usai melonggarkan beberapa pembatasan pada awal bulan ini.
Selain itu, potensi resesi global pada 2023 menjadi faktor melemahnya mata uang kawasan Asia khususnya rupiah. Pasar khawatir pergerakan hawkish dari bank sentral dan kenaikan inflasi menghambat pertumbuhan perekonomian tahun depan.
Adapun sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akibat tekanan dari perekonomian globa. Ibrahim menilai hal ini wajar karena adanya tantangan berat bagi perekonomian global.
"Bank Dunia (World Bank) memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh melambat menjadi 4,8 persen dari tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,2 persen," ujar Ibrahim.
Asian Development Bank (ADB) awalnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4 persen pada 2023 akan. Namun, ADB merevisi proyeksinya menjadi 5 persen.
Kemudian Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menurunkan proyeksinya dari 5,3 persen menjadi 4,7 persen pada tahun depan. Hal sama juga dilakukan oleh International Monetary Fund (IMF) yang awalnya memproyeksikan pertumbuan ekonomi Indonesia 2023 di 5,3 persen menjadi 5 persen.
Menko Perekonomian Airlangga menilai pemotongan proyeksi dan angka yang diproyeksikan masih sejalan dengan perkiraan pemerintah. Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023 menargetkan perekonomian tumbuh 5,3 persen.
"Walaupun target 5,3 persen melampau sejumlah lembaga internasional. Namun, pemerintah oftimis angka tersebut akan tercapai," ujar Ibrahim.
Ibrahim memproyeksi rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ada potensi ditutup menguat pada rentang Rp15.560 - Rp15.620.