Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke Rp15.602, Gagal Manfaatkan Kelesuan Dolar AS

Rupiah ditutup melemah ke Rp15.620 per dolar AS di kala indeks dolar AS bergerak di zona merah.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan Selasa (20/12/2022) meskipun indeks dolar bergerak di zona merah.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah tipis 6 poin atau 0,04 persen ke RP15.602 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS masih bertengger di zona merah, turun 0,50 persen atau 0,52 poin ke 104,20.

Bersama dengan rupiah, mata uang rupee India melemah 0,03 persen, dolar Hong Kong melemah 0,04 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,11 persen. Sementara itu, sisanya tercatat menguat, dengan yen Jepang mencatat penguatan terbesar 3,33 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sisi eksternal Bank of Japan mengatakan akan meninjau kembali kebijakan kontrol kurva imbal hasil dan memperluas rentang perdagangan untuk imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dalam perubahan yang tidak terduga.

Adapun, Federal Reserve yang hawkish dan meningkatnya ketegangan geopolitik, telah berada di bawah tekanan dalam beberapa pekan terakhir karena investor bertaruh bahwa bank sentral mungkin memiliki ruang terbatas untuk mempertahankan suku bunga melawan inflasi yang semakin naik.

Pekan lalu, Ketua Jerome Powell mengatakan The Fed akan memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun depan meskipun ada kemungkinan resesi AS, dengan suku bunga diperkirakan akan mencapai puncaknya di atas 5 persen.

Selanjutnya, dari sisi internal, Pemerintah perlu menurunkan tingkat inflasi sesegera mungkin, terutama pada bulan Desemeber 2022 dan Januari 2023, khususnya untuk mengantisipasi harga barang yang bergejolak agar Bank Indonesia tidak perlu terlalu agresif untuk menaikan suku bunga acuan.

Kondisi inflasi Indonesia pada saat ini cenderung mengalami normalisasi. Inflasi pada akhir 2023 diperkirakan berada di bawah 4 persen. Oleh karena itu, dari sisi inflasi, diperkirakan pada akhir 2023 mendatang akan berada pada kisaran 3,0-3,5 persen.

“Salah satu risiko yang perlu diperhatikan pemerintah saat ini terkait inflasi adalah potensi shock pada rupiah di saat sentimen risk-off menguat bila resesi terjadi, yang berakibat pada kenaikan harga barang impor,” jelas Ibrahim dalam riset, Selasa (20/12/2022).

Ketika pemerintah mampu menahan inflasi, BI juga akan mempertahankan suku bunga acuan. Namun, ketika kenaikan harga tidak terbendung, BI diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen pada 2023.

Hal itu akan mengulang sejarah 2018, ketika suku bunga mencapai 6 persen pada akhir 2018, pelambatan ekonomi cenderung terjadi pada 2019.

Meski demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2023 mencapai 5,3 persen. Dengan pertimbangan berbagai risiko global dan domestik, pemerintah optimistis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen tahun 2022 dan sebesar 5,3 persen di tahun 2023.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.590 - Rp15.650 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper