Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak di tengah kegelisahan pasokan ketika pipa utama yang memasok Amerika Serikat ditutup dan Rusia mengancam pengurangan produksi.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari terangkat 2,5 persen menjadi US$77,99 per barel,. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari melonjak 3,0 persen ditutup pada US$73,17 per barel.
Pekan lalu, Brent dan WTI jatuh ke level terendah sejak Desember 2021 karena investor khawatir kemungkinan resesi global dapat mengganggu permintaan minyak.
Potensi pemadaman berkepanjangan pipa minyak mentah Keystone dari Kanada ke Amerika Serikat oleh TC Energy Corp membantu membalikkan harga.
"Perbaikan pipa Keystone tampaknya memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan (dan) meningkatkan kemungkinan penarikan stok lebih lanjut di Cushing," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dikutip dari Antara, Selasa (13/12/2022).
Pedagang khawatir tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memulai kembali operasi pipa minyak Keystone setelah lebih dari 14.000 barel minyak bocor minggu lalu, tumpahan minyak mentah AS terbesar dalam hampir satu dekade.
Baca Juga
TC Energy menutup pipa setelah tumpahan ditemukan Rabu malam lalu (7/12/2022) di Kansas. Perusahaan mengatakan kepada pejabat di Washington County, Kansas, bahwa mereka belum menentukan penyebab atau jadwal untuk memulai kembali beroperasi.
Pipa Keystone mengirimkan sekitar 622.000 barel per hari, jalur penting untuk minyak mentah berat Kanada yang dikirim ke penyulingan AS dan ke Gulf Coast untuk diekspor.
Pemadaman diperkirakan akan menyusutkan pasokan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, dan titik pengiriman untuk patokan minyak mentah berjangka AS.
Riset Bank of America mengatakan Brent dapat pulih melewati 90 dolar AS per barel didukung perubahan arah dovish dalam kebijakan moneter Federal Reserve AS dan pembukaan kembali ekonomi yang "berhasil" oleh China.
"Pembukaan kembali China jelas merupakan fokus pasar," kata Phil Flynn, analis di grup Price Futures.
China, importir minyak mentah terbesar dunia, terus melonggarkan kebijakan nol-COVID yang ketat, meskipun jalan-jalan di ibu kota Beijing tetap sepi dan banyak bisnis tetap tutup selama akhir pekan.