Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global terpantau turun pada perdagangan Senin (12/12/2022), terbebani oleh masih tingginya ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed pada awal 2023.
Mengutip data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 0,70 persen atau 0,50 poin ke US$70,52 per barel. Adapun, harga minyak Brent terpantau turun 0,57 poin atau 0,75 persen ke US$75,53 per barel.
Tim Analis Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan bahwa kabar tertahannya sumber minyak AS karena gangguan pipa minyak di Kanada, ancaman Rusia untuk memangkas produksi sebagai reaksi dari pembatasan harga G7, serta ekspektasi kenaikan permintaan dari China setelah pelonggaran pembatasan lockdown di negara tersebut, telah menopang harga minyak naik di awal Senin.
“Namun, sikap hati-hati pelaku pasar terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve AS masih menekan turun harga minyak,” jelas Tim Analis MIFX dalam riset, dikutip Senin (12/12/2022).
Suku buga acuan The Fed diekspektasikan naik sebesar 0,50 persen pada pekan ini, dengan masih ada ruang untuk kenaikan suku bunga hingga pertengahan tahun 2023 mendatang.
“Hal ini yang nampak membatasi minat pelaku pasar terhadap produk-produk komoditas saat ini,” tambahnya.
Baca Juga
Minimnya data ekonomi AS, menempatkan sentimen dolar AS dan permintaan minyak mentah sebagai peluang penggerak harga minyak hari ini.
Adapun pasar terus terbebani oleh sentimen resesi ekonomi global yang berpeluang menekan permintaan bahan bakar.
MIFX memperkirkaan harga minyak berpeluang dijual menguji level support US$70,30 selama harga tidak mampu menembus level resistance US$72,65 per barel.
“Namun kenaikan lebih tinggi dari level resistance tersebut, maka harga minyak berpeluang dibeli menguji level resistance selanjutnya US$73,20 per barel,” imbuh Tim Analis MIFX.