Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Perkasa, Rupiah Dihantam Melemah ke Rp15.663 Imbas The Fed

Rupiah dibuka melemah ke Rp15.663 per dolar AS di tengah prospek penguatan dolar setelah The Fed secara tegas memberikan pernyataan bernada hawkish.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Kamis (3/11/2022) setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberikan sinyal hawkish untuk kebijakan moneter AS selanjutnya. 

Mengutup data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka melemah 17 poin atau 0,11 persen ke Rp15.663 per dolar AS. Sejalan, indeks dolar AS menguat 0,46 persen ke 111,85.

Bersama dengan rupiah, dolar Taiwan melemah 0,18 persen, won Korea Selatan melemah 0,17 persen, dan peso Filipina melemah 0,21 persen.

Tim Analis MIFX mengatakan outlook menguatnya dolar AS dan tingginya tingkat imbal hasil obligasi AS terjadi di tengah pasar yang mencerna pernyataan ketua The Fed Jerome Powell semalam yang cenderung bernada hawkish.

"Dia mengisyaratkan prospek suku bunga yang lebih tinggi di masa mendatang, meskipun mungkin dalam angka kenaikan yang lebih kecil," jelasnya dalam riset, Kamis (3/11/2022).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menjelaskan berlanjutnya kebijakan hawkish The Fed diramal diikuti oleh bank sentral lain, seperti Bank of Japan dan Bank of England selama inflasi masih tinggi.

Dari dalam negeri, PMI manufaktur Oktober 2022 yang konsisten di level ekspansif memberi sinyal bahwa perekonomian dalam negeri dan optimisme pelaku usaha. Indeks manufaktur Indonesia pada Oktober 2022 tercatat berada di level 51,8.

Indeks manufaktur Indonesia pada Oktober 2022 turun secara bulanan, tetapi berada di atas Thailand sebesar 51,6 dan Vietnam 50,6. Di sisi lain, PMI manufaktur di beberapa negara tercatat kembali mengalami kontraksi di antaranya Malaysia 48,7, Taiwan 41,5, dan Korea Selatan 48,2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper