Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York rontok pada akhir perdagangan Rabu (2/11/2022) waktu setempat karena Ketua Federal Reserve Jerome Powell tetap hawkish dengan pengetatan moneter paling agresif sejak 1980-an.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (3/11/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 1,55 persen atau 505,44 poin ke 32.147,76, S&P 500 merosot 2,50 persen atau 96,41 poin ke 3.759,69, dan Nasdaq turun tajam 3,36 persen atau 366,05 ke 10.524,80.
S&P 500 mengalami pelemahan terburuk pada hari keputusan The Fed sejak Januari 2021. Saham-saham turun setelah Powell mengatakan The Fed masih memiliki "beberapa cara untuk pergi" dalam siklus kebijakannya, menambahkan bahwa terlalu dini untuk memikirkan jeda karena suku bunga bisa mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.
Langkah The Fed itu menghapus reli sebelumnya yang didorong oleh pernyataan Powell bahwa laju kenaikan yang lebih lambat bisa terjadi segera setelah Desember.
“Seolah-olah investor datang ke rumah berhantu dan mendapat permen, tetapi begitu mereka membuka bungkusnya, mereka melihat brokoli basah,” kata Max Gokhman, kepala investasi di AlphaTrAI.
Saham teknologi berkapitalisasi pasar besar menanggung beban penjualan, dengan raksasa seperti Apple Inc. dan Tesla Inc. jatuh lebih dari 3,5 persen. Pada akhir perdagangan, Qualcomm Inc., pembuat prosesor smartphone terbesar, merosot karena perkiraan yang lemah. Imbal hasil obligasi AS tenor 2 tahun yang lebih sensitif terhadap pergerakan Fed, berbalik arah dan naik lebih tinggi. Adapun indeks dolar AS turut naik.
Baca Juga
“Ketika Powell membuat komentarnya tentang tidak ada yang terkait dengan pivot, atau tidak ada kesempatan untuk itu, saya pikir itu adalah ‘belati’ untuk pasar,” kata Alon Rosin, kepala derivatif ekuitas institusional di Oppenheimer & Co.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed mengatakan bahwa kenaikan berkelanjutan kemungkinan masih diperlukan untuk membawa suku bunga ke tingkat yang cukup membatasi untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen dari waktu ke waktu.
Para pejabat The Fed dengan suara bulat memutuskan untuk menaikkan target suku bunga acuan sebesar 75 basis poin lagi ke kisaran 3,75 persen hingga 4 persen, atau level tertinggi sejak 2008.
“Pasar saham mungkin kesulitan di sini karena risiko The Fed mengambil suku bunga di atas 5,00 persen jelas masih dapat terjadi,” Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.