Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat pada awal perdagangan Kamis (20/10/2022) seiring dengan potensi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.
Pukul 09.03 WIB, IHSG naik 0,13 persen atau 9,24 poin menjadi 6.869,66. Terpantau 185 saham naik, 114 saham melemah, dan 201 saham stagnan.
Saham PTBA menjadi yang teraktif diperdagangkan pagi ini, naik 1,88 persen menjadi Rp3.800. Selanjutnya, ada saham BBCA naik 0,3 persen, FILM 3,23 persen, BBRI 0,23 persen, dan BUMI 2,4 persen.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan rilis data perekonomian tingkat suku bunga pada hari ini disinyalir belum akan mengalami perubahan. Pergerakan IHSG terlihat masih cenderung bergerak sideways, peluang koreksi wajar dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi pembelian.
"Mengingat kinerja emiten yang terlihat di kuartal II membaik dan memiliki potensi akan lebih baik di juartal III. Hal ini tentunya dapat dapat membantu mendongkrak performa IHSG dalam beberapa waktu mendatang," paparnya dalam publikasi riset.
IHSG mengakhiri perdagangan Rabu (19/10/2022) dengan menguat 0,38 persen atau 25,92 poin ke level 6.860,41. Indeks sempat dibuka ke zona merah pada awal perdagangan sesi I. IHSG bergerak pada rentang 6.806,11-6.883,91.
Baca Juga
Dalam 2 bulan terakhir BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps), untuk memastikan inflasi kembali pada sasaran 2 persen—4 persen pada kuartal III/2022.
Adapun, berdasarkan konsensus Bloomberg, mayoritas ekonom memperkirakan bulan ini BI menaikkan lagi suku bunga acuan dengan kisaran 25 bps—50 bps. BI akan mengumumkan keputusan perihal suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada hari ini, Kamis (20/10/2022).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, mengatakan kondisi nilai tukar dan pasar modal domestik cenderung terkoreksi di tengah sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang agresif. Atas dasar itu, dia memperkirakan BI menaikkan suku bunga acuan 50 bps menjadi 4,75 persen.
Dia menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga acuan tersebut diperlukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi, khususnya second round effect dari penyesuaian harga BBM pada bulan lalu.
Selain itu, kenaikan suku bunga 50 bps juga untuk mengantisipasi kenaikan pengetatan The Fed yang diperkirakan lebih agresif pada November 2022.