Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah hari ini melanjutkan pelemahan, semakin mendekati posisi Rp15.500 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (17/10/2022).
Mengutip data Bloomberg, seluruh mata uang di Asia melemah di hadapan dolar AS dengan rupiah melemah 61 poin atau 0,40 persen ke Rp15.488 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi sekalipun indeks dolar AS juga melemah 0,30 persen ke 112,96.
Di Asia, won Korea Selatang memimpin pelemahan 0,46 persen, diikuti dolar Taiwan melemah 0,29 persen, ringgi Malaysia melemah 0,26 persen, dan yuan China melemah 0,13 persen. Di sisi lain ada baht Thailand menguat 0,35 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, berita bahwa Inggris akan mengumumkan pajak baru dan rencana anggarannya dalam upaya untuk meyakinkan pasar setelah gejolak terkait dengan dimulainya Perdana Menteri baru Liz Truss, membuat dolar AS meredup sejenak. Pekan lalu angka inflasi AS yang panas memperkuat taruhan kenaikan suku bunga agresif lainnya pada pertemuan The Fed di awal November 2022.
Pasar obligasi Inggris, dan sterling, terpukul keras oleh rencana awal Perdana Menteri baru Liz Truss untuk mendanai pemotongan pajak besar-besaran dengan pinjaman, mengakibatkan Bank of England turun tangan untuk memulihkan ketenangan, mengumumkan program pembelian obligasi darurat yang berakhir pada Jumat.
Anggota Dewan Pemerintahan Bank Sentral Eropa Martins Kazaks mendukung kenaikan 75 basis poin bulan ini dan 50 atau 75 bps lainnya pada pertemuan akhir 2022 pada bulan Desember 2022, tergantung pada data dan prospek harga.
Baca Juga
Dari sisi internal, pemerintah dinilai perlu melakukan sesuatu dalam menghadapi tingginya nilai tukar dolar AS hingga saat ini. Beberapa negara menggunakan intervensi valuta asing (valas) untuk menstabilkan mata uangnya. Akibatnya, total cadangan devisa (cadev) yang dimiliki mengalami penurunan lebih dari 6 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
“Intervensi dengan memanfaatkan cadangan devisa kini perlu dicermati ulang. Sebab, itu seharusnya langkah sementara dan hanya untuk mengantisipasi pergerakan mata uang yang secara substansial meningkatkan risiko stabilitas keuangan, ataupun secara signifikan mengganggu kemampuan bank sentral untuk menjaga stabilitas harga,” tulis Ibrahim dalam riset, Senin (17/10/2022).
Sementara itu, penguatan dolar AS saat ini lebih disebabkan penguatan fundamental makro ekonomi AS, seperti tingginya angka inflasi yang membuat bank sentral AS, The Fed terus menaikkan suku bunga acuannya, sehingga likuditas di dunia mengetat. Juga ada pengaruh dari krisis energi dan gangguan rantai pasok akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Atas dasar ini, respons yang lebih tepat dalam menghadapi tingginya dolar saat ini adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian, sambil menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap dekat dengan targetnya.
Untuk perdagangan besok Selasa (18/10/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah di rentang Rp15.450 - Rp15.500 per dolar AS.