Bisnis.com, JAKARTA — Emiten RS Bunda, PT Bundamedik Tbk. (BMHS) kian gencar mengakuisisi rumah sakit serta mendirikan rumah sakit baru sebagai strategi ekspansi bisnis perseroan.
Managing Director Bundamedik, Nurhadi Yudiyantho menjelaskan, pada paruh pertama tahun ini BMHS telah mengakuisisi sejumlah rumah sakit di Indonesia.
“BMHS akuisisi beberapa rumah sakit di antaranya RSIA Azzahra Palembang, RSJP Paramartha Bandung, RSU Citra Harapan Bekasi, serta RS Bunda Morula Surabaya [sebelumnya RS Pusura Surabaya],” ujarnya dalam acara Public Expose BEI, Senin (12/9/2022).
Lebih lanjut, BMHS juga sedang dalam proses pembangunan RS Vida Bekasi dan masih mengurus perizinan RS Bunda Denpasar yang akan berganti nama menjadi RS Ibu dan Anak (RSIA).
Per semester I/2022, BMHS telah merealisasikan anggaran belanja modal atau capex senilai Rp318 miliar yang dialokasikan untuk akuisisi serta belanja alat medis.
Direktur Keuangan Bundamedik, Cuncun Wijaya mengatakan, kinerja EBITDA BMHS pada semester II/2022 diproyeksikan meningkat setidaknya 10 persen.
Baca Juga
“Hingga kini target ekspansi kami satu tahun itu dua sampai tiga rumah sakit, sampai semester I/2022 kami sudah mengakuisisi tiga rumah sakit, yaitu RSJP Paramartha Bandung, RSU Citra Harapan Bekasi, dan RS Pusura,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk target pertumbuhan pendapatan pada 2023 diproyeksikan meningkat 20 persen hingga 30 persen, dengan pertumbuhan EBITDA mencapai 24 persen.
Sebagai informasi, margin EBITDA BMHS pada paruh pertama 2022 sebesar 21 persen atau setara Rp169 miliar. Jumlah ini turun 38 persen dari paruh pertama 2021 senilai 272 miliar atau setara 30 persen.
Sementara itu, pendapatan BMHS di paruh pertama tahun ini turun 10 persen menjadi Rp815 miliar, dari periode yang sama tahun lalu Rp902 miliar.
Laba bersih BMHS pun merosot 60 persen di enam bulan pertama 2022 menjadi Rp79 miliar, dari sebelumnya Rp197 miliar di semester I/2021.
Dari sisi pergerakan saham, BMHS melesat 20,19 persen pada perdagangan BEI hari ini dan membawanya ke posisi harga Rp625 per saham.
Secara year-to-date (ytd), saham berkapitalisasi pasar Rp5,38 triliun tersebut masih dalam tren koreksi sebesar 24,24 persen dari level harga di awal tahun senilai Rp825 per saham.