Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengelola rumah sakit, PT Bundamedik Tbk. (BMHS) menargetkan pertumbuhan kinerja pendapatan dari sektor bisnis non Covid-19 naik 25 persen pada tahun ini.
Komisaris Utama Bundamedik Ivan Sini mengungkapkan perseroan kembali ke bisnis inti pasca pasien Covid-19 yang berkurang pada 2022. Perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan antara 20 persen-25 persen pada segmen pasien non Covid-19.
"Kontribusi pertumbuhan dari non Covid-19, itu pertumbuhan 20 persen-25 persen, ini bagian dari peningkatkan internal bisnis dari penambahan dan akuisisi bisnis baru, variasi dampaknya ke kinerja, bisa terjadi lebih cepat diharapkan, dalam membangun bisnis ada variasi waktu," paparnya dalam diskusi media terbatas, Kamis (16/6/2022).
Emiten berkode BMHS ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan terkonsolidasi sebesar 49 persen menjadi Rp 1,71 triliun pada 2021 dari pendapatan di periode yang sama pada 2020 sebesar Rp 1,14 triliun.
Dari total pendapatan tersebut, kontribusi non Covid-19 mencapai Rp1,33 triliun. Jika mengacu target pertumbuhan, pendapatan pada 2022 dapat berkisar Rp1,6 triliun hingga Rp1,67 triliun.
Artinya, jika tetap menghitung pendapatan Covid-19 pada 2021, target pendapatan perseroan turun 2,33 persen.
Baca Juga
Hingga kuartal I/2022, perseroan telah menambah kepemilikan di 3 Rumah Sakit, sehingga total RS yang dikelolanya mencapai 8 RS.
Perseroan juga menambah jumlah laboratorium PT Diagnos Laboratorium Utama TBk. (DGNS) sebagai anak usaha dari jumlah klinik 16 unit pada kuartal I/2021 menjadi 38 unit pada kuartal I/2022.
Jaringan Klinik Fertilitas Indonesia juga naik 26 persen dibandingkan dengan kuartal IV/2021 menjadi 126 unit pada kuartal I/2022.
Ivan menegaskan pertumbuhan volume dalam bisnis inti perseroan ini diharapkan dapat menjadi mesin pertumbuhan kinerja pada tahun penuh 2022.
Managing Director Bundamedik Nurhadi Yudhiyantho mengungkapkan kontribusi pendapatan secara total sebesar 60 persen dari grup Rumah Sakit, 30 persen dari Morula IVF atau klinik bayi tabung, serta 10 persen dari DGNS sebagai laboratorium perseroan.
"Pertumbuhan masing-masing segmen yakni dari [bayi tabung] RS berkisar 20--25 persen, Morula IVF tumbuh 5--10 persen, Diagnos tumbuh 5--10 persen," katanya.
Lebih lanjut, Yudhi juga menargetkan terjadi perubahan struktur pendapatan perseroan menjadi lebih banyak berasal dari pelanggan berbasis asuransi.
Hingga kuartal I/2022, kontribusi konsolidasi perusahaan yang berasal dari asuransi dan korporasi sebesar 40 persen, pendapatan BPJS Kesehatan 10 persen, kurang dari 5 persen berasal dari Kementerian Kesehatan terkait kasus Covid-19, sisanya pasien membayar pribadi.
"Di kuartal II/2022 dengan berakhirnya Covid-19 pendekatan lebih dilakukan terhadap 70 asuransi dan BtoB. Ke depan pasien porsi asuransi dan BtoB bisa 60 persen, corporate secara langsung hingga 20 persen, sisa pembayaran pribadi 22 persen," tuturnya.
Hingga kuartal I/2022, Bundamedik mencatatkan mencatatkan laba bersih turun 55,29 persen menjadi Rp28,72 miliar dari sebelumnya Rp64,24 miliar. Pendapatan bersih juga turun 13,62 persen menjadi Rp388,9 miliar dari Rp450,21 miliar.
Alasannya, karena terjadi penurunan kontribusi pendapatan Covid-19 pada kuartal I/2021 mencapai Rp118 miliar, sedangkan pada kuartal I/2022 hanya Rp14 miliar.
Sementara itu, dari segmen non Covid-19 pada kuartal I/2021 mencapai Rp333 miliar naik 27 persen menjadi Rp375 miliar pada kuartal I/2022.