Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Permintaan Suram, Harga Minyak Kembali Anjlok

Harga minyak anjlok ke level terendah sejak awal 2022 karena penurunan permintaan dan lonjakan dolar AS.
Pekerja berjalan di kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pekerja berjalan di kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia anjlok ke level terendahnya sejak Januari 2022 di tengah kekhawatiran pasar terkait perlambatan ekonomi global yang akan menghambat permintaan dari wilayah Eropa dan AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (7/9/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi di bawah level US$86 per barel setelah sempat menguat akibat keputusan OPEC+ yang akan mengurangi produksi. Arab Saudi juga memutuskan untuk memangkas harga minyak untuk pelanggannya di wilayah Asia dan Eropa.

Koreksi harga minyak dunia juga diperburuk dengan kenaikan nilai tukar dolar AS. Indeks dolar AS terpantau melesat ke level tertinggi sepanjang sejarah pada hari Rabu, yang membuat harga pengiriman minyak lebih mahal untuk konsumen di luar AS.

Adapun, harga minyak cenderung melemah pada pekan pertama bulan September. Hal ini sekaligus memperpanjang tren koreksi selama 3 bulan beruntun tahun ini. Investor mengkhawatirkan potensi resesi di tengah tren kenaikan suku bunga global.

Yeap Jun Rong, Market Strategist IG Asia Pte mengatakan sentimen pengurangan produksi OPEC+ hanya bertahan sesaat akibat outlook permintaan global yang semakin buruk.

“Kabar kebijakan lockdown China memperbarui kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan minyak global. Selain itu, kenaikan dolar AS juga menjadi sentimen pemberat tambahan yang dihadapi harga minyak,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Adapun, kebijakan lockdown di China turut menekan permintaan minyak global. Sejumlah wilayah di China, seperti Chengdu, memberlakukan perpanjangan kebijakan tinggal di rumah atau stay at home untuk 21 juta penduduknya.

Sementara itu, pembatasan mobilitas juga terus diberlakukan di wilayah Shenzen, adapun Beijing juga semakin menggalakkan lockdown setelah mengkonfirmasi kasus virus corona baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper