Bisnis.com, JAKARTA - Langkah emiten batu bara grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) untuk tidak membagikan dividen tahun ini disebut akan berdampak positif bagi kinerja emiten tersebut.
Analis dari Bina Artha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan langkah BUMI yang tidak membagikan dividen agar dapat melakukan pembayaran utang akan berdampak positif bagi kinerja BUMI dalam jangka panjang. Selain itu, Ivan menyebut para investor kemungkinan akan berharap untuk mendapat saham BUMI di harga yang lebih murah.
“Walau bagi investor kemungkinan akan berharap untuk mendapat sahamnya di harga yang lebih murah dari posisi saat ini sambil mengantisipasi gejolak di harga komoditas batubara,” ujar Ivan kepada Bisnis dikutip pada Selasa (6/9/2022).
Ivan menyebut para investor akan menanti rilis kinerja BUMI berikutnya yang diharapkan masih tetap positif bagi emiten. Hal ini agar BUMI bisa membagikan dividen tahun depan.
Ivan kemudian merekomendasikan untuk HOLD saham BUMI di level Rp222.
Sementara itu, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata mengatakan dalam pola jangka panjang BUMI telah mencapai satu target hasil dari pattern double bottom dengan Neckline pada harga Rp123 dengan level tertinggi Rp198 pada perdagangan kemarin Senin (5/9/2022).
Baca Juga
Namun, Liza menyebut jika diperhatikan anomali harian dari indikator RSI (relative strength index), maka akan terlihat negative divergence.
“Artinya, walau BUMI keep making new highs, tapi indicator malah terlihat makin drop,” ujar Liza kepada Bisnis dikutip pada Selasa (6/9/2022).
Melihat hal tersebut, Liza menyebut semakin tinggi harga saham BUMI, semakin lemah buying momentumnya. Liza lantas merekomendasikan untuk sell on strength saham BUMI pada harga saat ini atau setidaknya menentukan sendiri trailing stop dengan menggunakan moving average (MA) 10.
“Jadi contoh prakteknya, selama harga masih bergerak di atas MA10, tidak perlu untuk menjual dan biarkan profit berjalan. Itulah bagaimana anda mendapatkan keuntungan jangka panjang pada sebuah uptrend movement,” jelas Liza.
Sementara untuk jangka panjang Liza menyebut target BUMI berada di level Rp260.
BUMI mencetak pertumbuhan laba hingga 8.768 persen pada semester I/2022. Laba bersih BUMI mencapai US$167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, meningkat 8.768 persen dari US$1,89 juta atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021.
Namun, perseroan akan fokus membayar utang alih-alih menebar dividen. Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava, mengatakan, saat ini BUMI masih dalam fase percepatan pembayaran utang.
Sementara itu, pembayaran dividen baru bisa dilaksanakan dan menjadi tujuan BUMI setelah utang dilunasi, bersamaan dengan kinerja yang baik terus menerus.
“Semoga dalam beberapa tahun [menebar dividen]. Itulah usaha kami,” jelas Dileep.
BUMI juga baru saja melaporkan akan menerbitkan saham baru melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dalam rangka menukar Obligasi Wajib Konversi (OWK).
Adapun, saham baru tanpa HMETD yang akan diterbitkan sebanyak 3.805.504.956 saham Seri C dengan nilai nominal Rp50 per saham dengan jadwal pelaksanaan pada 12 September 2022. Dengan mengacu kepada harga pelaksanaan, maka nilai transaksi private placement ini sekitar Rp304,44 miliar.
Dana dari aksi korporasi ini akan digunakan BUMI untuk membayar utang PKPU dan juga memperkuat modal kerja yang saat ini di posisi negatif terhadap total aset sudah melebihi 80 persen.