Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Turun Terus Akibat Sentimen Suku Bunga The Fed

Wall Street mengakhiri Agustus dengan pada Kamis pagi WIB (1/9/2022) karena sentimen kenaikan suku bunga agresif dari Fed.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street mengakhiri Agustus pada Kamis pagi WIB (1/9/2022) karena sentimen kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve (The Fed) terus berlanjut.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 280,44 poin atau 0,88 persen, menjadi menetap di 31.510,43 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 31,16 poin atau 0,78 persen, menjadi berakhir di 3.955,00 poin. Indeks Komposit Nasdaq merosot 66,93 poin atau 0,56 persen, menjadi ditutup di 11.816,20 poin.

Untuk Agustus, indeks Dow tergelincir 4,06 persen, indeks S&P 500 kehilangan 4,24 persen dan indeks Komposit Nasdaq terperosok 4,64 persen.

Menambah tekanan di pasar adalah penurunan di sektor teknologi, dan lebih khusus lagi pembuat chip, setelah perkiraan lemah dari Seagate dan HP Inc.

Tiga indeks utama mengalami penurunan persentase bulanan terbesar pada Agustus sejak 2015. Setelah mencapai level tertinggi empat bulan pada pertengahan Agustus, S&P 500 tersandung dalam beberapa pekan terakhir, turun lebih dari 8 persen hingga penutupan Rabu (31/8/2022) dan jatuh melewati beberapa level dukungan teknis yang diawasi ketat.

Tekanan jual dipercepat setelah pernyataan hawkish Ketua Fed Jerome Powell pada Jumat (26/8/2022) tentang menjaga kebijakan moneter ketat "untuk beberapa waktu" menghancurkan harapan kenaikan suku bunga yang lebih moderat, dengan indeks acuan turun lebih dari 5 persen selama empat sesi perdagangan terakhir.

"Yang (Powell) pedulikan adalah menurunkan inflasi dan menaikkan suku bunga, untuk melakukan itu dan dalam hal seberapa agresif itu semua ditentukan dari data," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder di New York dikutip dari Antara.

Presiden Federal Reserve Cleveland, Loretta Mester mengatakan pada Rabu (31/8/2022) bahwa bank sentral perlu meningkatkan suku bunga sedikit di atas 4,0 persen pada awal tahun depan dan menahannya di sana untuk membawa inflasi kembali ke target Fed, dan bahwa risiko resesi selama satu atau dua tahun ke depan telah meningkat.

Menambah kegugupan investor, saham juga menuju ke periode historis yang lemah untuk pasar pada September.

"September biasanya adalah bulan terburuk dalam setahun; itu dan Februari adalah satu-satunya yang mencatat penurunan rata-rata, tapi September adalah satu-satunya bulan dalam setahun yang jatuh lebih banyak daripada naiknya sehingga bisa menjadi semacam ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA di New York.

Data pada hari sebelumnya menunjukkan gaji swasta ADP meningkat 132.000 pekerjaan pada Agustus, jauh dari perkiraan ekonom untuk pertumbuhan 288.000 pekerjaan, menurut jajak pendapat Reuters. Namun, laporan tersebut ditangguhkan untuk Juni dan Juli karena metodologinya dirombak menyusul rekam jejak yang buruk karena tidak sinkron dengan laporan penggajian pemerintah.

Data pekerjaan dari Departemen Tenaga Kerja akan dirilis pada Jumat (2/9/2022) dan diharapkan menunjukkan penggajian non-pertanian (NFP) naik 300.000 bulan lalu setelah mencatat kenaikan 528.000 pada Juli. Laporan kuat lainnya kemungkinan akan semakin memperkuat ekspektasi The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga yang terlalu besar setelah tiga kali kenaikan berturut-turut sebesar 75 basis poin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper