Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Terkapar Lagi, Semoga IHSG Kuat

S&P 500 mengalami penurunan ketiga berturut-turut setelah berayun antara keuntungan dan kerugian sepanjang sesi perdagangan.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York melanjutkan penurunan pada akhir perdagangan Selasa (23/8/2022) setelah rilis data ekonomi yang lemah. Para investor menunggu kejelasan lebih lanjut tentang jalur kebijakan Federal Reserve dalam simposium Jackson Hole akhir pekan ini.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (24/8/2022), indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,47 persen atau 154,02 poin ke 32.909,59, SP 500 tergelincir 0,22 persen atau 9,26 poin ke 4.128,73, dan Nasdaq cenderung mendatar 0,00 persen atau 0,27 poin ke 12.381,30.

SP 500 mengalami penurunan ketiga berturut-turut setelah berayun antara keuntungan dan kerugian sepanjang sesi perdagangan. Volume perdagangan termasuk yang terendah pada tahun 2022. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mencapai 3 persen, sementara dolar menghentikan reli empat hari.

Investor bersiap untuk pembicaraan hawkish di acara Jackson Hole setelah komentar baru-baru ini dari para pejabat bank sentral meyakinkan banyak investor bahwa Fed akan terus mengetatkan moneter, bahkan dengan ekonomi yang melambat.

Data ekonomi pada Selasa menunjukkan penjualan rumah baru AS turun untuk keenam kalinya tahun ini ke laju paling lambat sejak awal 2016, sementara aktivitas bisnis berkontraksi untuk bulan kedua berturut-turut

“Untuk saat ini, sentimen global sedang gelisah dan bergejolak. Ada sedikit alasan untuk optimisme dalam waktu dekat, dengan secercah harapan ekonomi yang belum bertahan secara berkelanjutan.” kata Richard Hunter, Head of Markets Interactive Investor.

Direktur di dua dari 12 cabang regional The Fed, yakni St. Louis dan Minneapolis, menyukai kenaikan suku bunga 100 basis poin pada  Juli, menandakan tekanan internal untuk langkah yang lebih besar daripada yang disampaikan pembuat kebijakan bulan lalu.

Beata Manthey, Equity Strategist Citigroup Inc., mengatakan reli saham baru-baru ini sudah terlalu jauh mengingat prospek inflasi yang lengket dan kebutuhan akan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk menjinakkannya. Sekalipun dia menilai tren bullish pada pasar saham dalam jangka panjang, menurutnya pasar tidak naik dalam garis lurus.

Pengetatan kuantitatif oleh bank sentral AS akan dimulai bulan depan, menghadirkan potensi hambatan lain untuk ekuitas.

"Prospek jangka pendek untuk pasar saham tetap menantang. Dampak pengetatan kuantitatif pada pasar keuangan belum terasa, sementara siklus penurunan pendapatan baru saja dimulai,” kata Mathieu Racheter, Head of Equity Strategy Julius Baer.

Dalam berita perusahaan, saham Zoom Video Communications Inc. anjlok setelah laporan keuangan menunjukkan bahwa transisi aplikasi dari alat penting era Covid ke platform bisnis perusahaan akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

Di pasar komoditas, harga gas alam AS jatuh karena operator terminal ekspor utama yang rusak akibat ledakan awal tahun ini mengumumkan penundaan jadwal untuk memulai kembali. Harga West Texas Intermediate menetap di atas US$93 per barel karena dolar AS melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper