Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berpotensi dibuka volatil tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.830 - Rp14.890 terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan mengalami pelemahan. Pasalnya, indeks dolar AS tengah menguat terhadap mata uang lainnya karena data ekonomi yang lemah.
China mengalami kekeringan dan kekurangan listrik serta saat ini fokus beralih pada komentar The Fed tentang laju kenaikan suku bunga tahun ini.
“Krisis listrik terjadi pada saat ekonomi China sudah terhuyung-huyung dari penutupan terkait Coid-19. Hambatan lebih lanjut ke sektor industri, yang sudah berada di wilayah kontraksi, dapat menghambat pemulihan,” tulis Ibrahim dalam riset hariannya, Kamis (25/8/2022).
Selanjutnya Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bank sentral akan terus mengetatkan kebijakan sampai inflasi jelas terkendali.
Fokus sekarang adalah pada pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole Symposium pada hari Jumat, yang diharapkan memberikan lebih banyak isyarat tentang kebijakan moneter.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan pedagang mengharapkan Ketua untuk mempertahankan sikap hawkish-nya, yang akan menandai kenaikan suku bunga yang lebih tajam tahun ini.
Sementara itu di dalam negeri, terdapat sentimen datang dari keputusan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RGD) Agustus 2022 dan dianggap sebagai langkah yang tepat.
“Ini merupakan pilihan yang tepat ketimbang BI menunggu inflasi naik dulu baru menaikkan bunga (behind the curve),” ungkapnya.
Dia mengatakan bila terlambat maka bunga harus dinaikkan secara tajam untuk mengejar ketertinggalan. Dan Ini akan membuat dampaknya pada ekonomi lebih berat.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 10,00 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.848,00 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,0120 poin atau 0,01 persen ke posisi 108,6360.
Tim Riset MIFX memperkirakan EURUSD berpeluang naik dalam jangka pendek pada hari Kamis (25/8) di tengah outlook melemahnya dolar AS yang dipicu berkontraksinya aktivitas di sektor swasta AS. Namun, kenaikan EURUSD dapat terbatas seiring masih adanya kecemasan pasar terhadap krisis energi di Eropa.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang memperkirakan nilai tukar bergerak di rentang Rp14.800 - Rp14.900