Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemarin Paling Perkasa di Asia, Rupiah Pagi Ini Dibuka Melemah

Saat rupiah dibuka lesu, beberapa mata uang lainnya di Asia seperti won Korea Selatan terpantau menguat 0,43 persen dan memimpin penguatan di kawasan ini.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (24/8/2022), di saat mata uang Asia lainnya bergerak variatif.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka melemah 0,04 persen atau 6,5 poin di posisi Rp14.844 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 09.00 WIB terpantau menguat 0,17 poin atau 0,16 persen ke level 108,66.

Sementara itu, beberapa mata uang lainnya di Asia seperti won Korea Selatan terpantau menguat 0,43 persen dan memimpin penguatan mata uang di kawasan Asia terhadap dolar AS pada awal perdagangan hari ini. Ringgit Malaysia juga dibuka menguat 0,02 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, beberapa mata uang Asia lainnya ikut dibuka melemah seperti baht Thailand yang melemah 0,24 persen, yuan China 0,25 persen, dan Yen Jepang melemah 0,03 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian sempat mengemukakan bahwa rupiah pagi ini bakal dibuka fluktuatif, tetapi berpeluang ditutup menguat di rentang Rp14.810-Rp14.860 akibat sejumlah sentimen.

Dia mengatakan dolar AS bertahan menguat pada perdagangan sehari sebelumnya didukung oleh serangkaian komentar hawkish dari pejabat The Fed pekan lalu.

Bank Sentral AS tampak tidak memiliki rencana untuk mengurangi laju kenaikan suku bunga. Selain itu, Eropa tengah menghadapi kekurangan pasokan energi dan menyebabkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.

Sebelumnya disampaikan bahwa Rusia akan menghentikan pasokan gas alam ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 selama tiga hari pada akhir bulan. Oleh sebab itu, kekhawatiran meningkat dengan datangnya musim dingin dan dipercaya dapat merusak aktivitas bisnis.

“Fokus sekarang pada pidato yang akan datang oleh Ketua Fed Jerome Powell ke Jackson Hole Symposium pada hari Jumat, di mana ketua diperkirakan akan mengabaikan spekulasi bahwa Fed bermaksud untuk berporos ke sikap dovish,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Selasa (23/8/2022).

Sementara itu, Ibrahim menyampaikan Bank Rakyat China memangkas suku bunga untuk minggu kedua berturut-turut pada hari Senin, menunjukkan bahwa Beijing kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung perekonomian.

Dari dalam negeri, kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RGD) Agustus 2022 sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi dan inflasi pangan yang terus meningkat.

Selain itu, BI memandang kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan juga diperlukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Tingkat inflasi inti masih berada dalam sasaran target BI 2-4 persen, yaitu sebesar 2,86 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper