Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat, Momentum Inflasi AS Melandai

Nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat 53,00 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.817,50 per dolar AS, setelah dolar AS tertekan data inflasi AS.
Nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat 53,00 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.817,50 per dolar AS, setelah dolar AS tertekan data inflasi AS. Bisnis/Himawan L Nugraha
Nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat 53,00 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.817,50 per dolar AS, setelah dolar AS tertekan data inflasi AS. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (11/8/2022). Bersamaan dengan itu, beberapa mata uang lain di kawasan Asia turut turun pada pagi ini.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau dibuka menguat 53,00 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.817,50 per dolar AS. Sementara, indeks dolar AS terpantau menguat 0,18 persen ke posisi 105,3840.

Selain rupiah, mata uang lain di kawasan Asia lain yang dibuka menguat diantaranya won Korea Selatan naik 0,56 persen, peso Filipina naik 0,24 persen, dolar Taiwan naik 0,21 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,20 persen, terhadap dolar AS.

Di sisi lain, mata uang yuan China dibuka melemah 0,25 persen, yen Jepang melemah 0,20 persen dan dolar Singapura turun 0,18 persen terhadap dolar AS pagi ini.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya, menyebutkan mata uang utama cenderung stabil karena para pedagang enggan bertaruh besar menjelang data inflasi AS yang akan menentukan kebijakan suku bunga The Fed beberapa bulan ke depan.

Pada Rabu (10/8/2022), nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,12 persen atau turun 18 poin sehingga berada di posisi Rp14.870 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, pada pukul 15.00 WIB terpantau melemah 0,09 persen atau 0,099 poin ke level 106,15.

Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia terpantau turut melemah yakni peso Filipina turun 0,13 persen, won Korea Selatan 0,47 persen, dan yuan China melemah 0,08 persen

Sementara itu, yen Jepang terpantau menguat 0,07 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, dan rupee India menguat 0,23 persen.

Menjelang pengumuman data inflasi, para ekonom memperkirakan inflasi tahunan AS pada Juli 2022 akan mencapai 8,7 persen atau melandai dibandingkan dengan Juni yang menyentuh 9,1 persen. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan sebesar 0,5 persen secara bulanan.

Dalam rilis kemarin malam, inflasi AS mencapai 8,5 persen, di bawah ekspektasi ekonom. Oleh karena itu, dolar AS mengalami pelemahan karena mengindikasikan langkah The Fed yang lebih dovish.

Di dalam negeri, gejolak harga komoditas sejauh ini belum terlalu berdampak pada inflasi Indonesia karena harga sejumlah barang diatur oleh pemerintah dengan menggunakan sejumlah instrumen fiskal seperti pajak, subsidi, dan insentif untuk menghadapi situasi ini.

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadi bantalan dan shock absorber untuk melindungi masyarakat terhadap melonjaknya harga-harga komoditas. Sebagai contoh, pemerintah menggunakan kebijakan pelarangan ekspor dan instrumen pajak ekspor untuk stabilisasi harga minyak goreng domestik akibat meningkatnya harga CPO di pasar internasional.

“Meski harga komoditas bergejolak, Indonesia mendapatkan berkah dari lonjakan harga tersebut dan ini menjadi bagian terpenting bagi pendapatan negara yang sampai saat ini bisa menopang subsidi dan kompensasi serta bisa menjaga ritme harga BBM bersubsidi, walaupun negara-negara lainnya menaikan harga BBM,” kata Ibrahim.

Dia menilai kebijakan pemerintah sejauh ini telah cukup melindungi lapisan masyarakat bawah. Anggaran subsidi dan kompensasi energi pada 2022 mencapai Rp502 triliun dan alokasi ini didukung oleh naiknya penerimaan negara karena harga komoditas yang naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper