Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengangkutan kapal mulai menadah berkah dari melonjaknya permintaan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) global. Hal itu tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan seperti emiten di Humpuss Grup, HUMI dan GTSI, atau SMDR melalui anak usahanya LNG East-West Shipping Co. Singapore Pte. Ltd. (LNG).
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2025, PT Humpuss Maritim Internasional Tbk. (HUMI) menorehkan total pendapatan usaha sebesar US$64,71 juta naik 12,17% year on year (YoY) dari US$57,69 juta.
Dari total pendapatan itu, segmen pendapatan jasa sewa kapal gas cair berkontribusi atas 27,52%, atau mencapai US$17,81 juta. Pendapatan dari pengangkutan LNG ini naik 19,85% YoY dari US$14,86 juta pada periode sebelumnya.
Pendapatan jasa sewa kapal LNG ini juga semakin menjadi andalan HUMI, di mana presentasenya meningkat dari 25,76% pada semester I/2024 menjadi 27,76% di semester I/2025.
Walau begitu, dari sisi bottom line laba tahun berjalan setelah efek penyesuaian laba entitas yang bergabung yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, atau laba bersih HUMI terkoreksi 3,13% YoY dari US$5,12 juta menjadi US$4,96 juta.
Koreksi tersebut sejalan dengan beban pokok pendapatan yang meningkat 10,60% YoY dari US$44,45 juta menjadi US$49,16 juta.
Baca Juga
Sementara itu, emiten lainnya yang juga ada di Grup Humpuss, PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) juga menunjukkan peningkatan pada pendapatan dari lini sewa kapal pengangkut LNG.
Anak usaha HUMI ini dalam semester I/2025 membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar US$17,01 juta, meningkat 11,32% YoY dibanding US$15,28 juta.
Bila dibedah, sebesar 98,12% pendapatan GTSI bersumber dari segmen pendapatan sewa kapal gas alam cair yang mencapai US$16,69 juta. Pendapatan dari pengangkutan LNG ini melesat 12,31% YoY dibanding US$14,86 juta pada periode sebelumnya.
Kinerja yang solid di top line ini, membuat GTSI menorehkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk atau laba bersih sebesar US$3,75 juta, atau naik 35,87% YoY dari US$2,76 juta pada periode sebelumnya.
Selanjutnya adalah PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR). Perseroan menyasar bisnis pengangkutan LNG melalui anak usahanya LNG East-West Shipping Co. Singapore Pte. Ltd. (LNG).
Seperti diketahui, pada akhir 2022 SMDR melalui anak usahanya, Samudera Shipping Line Ltd, mengakuisisi 25% saham LNG East-West Shipping Company (LNG-EW) dari mitra joint venture Nippon Yusen Kabushiki Kaisha (NYK) Japan. Dengan akuisisi tersebut, porsi kepemilikan Samudera meningkat menjadi 50%. Sehingga kepemilikan LNG-EW menjadi masing-masing 50% dimiliki oleh SMDR dan NYK.
LNG-EW adalah operator kapal tanker LNG yang melayani distribusi LNG untuk rute Indonesia ke pasar ekspor maupun rute distribusi LNG di dalam negeri.
Menilik rapor keuangannya, kondisi bisnis LNG yang dijalankan SMDR melalui LNG-EW menunjukkan kinerja yang berbeda dengan HUMI dan GTSI. Pendapatan LNG-EW dalam semester I/2025 terpangkas 23,41% YoY dari US$9,10 juta menjadi US$6,97 juta.
Meski begitu, laba bersih tahun berjalan LNG-EW naik 3,48% YoY dari US$2,87 juta menjadi US$2,97 juta. Kondisi ini sejalan dengan beban susutnya beban yang ditanggung dari US$9,10 juta menjadi US$6,97 juta.
Sedangkan secara konsolidasi, SMDR dalam semester I/2025 menorehkan pendapatan jasa sebesar US$379,08 juta, meningkat 17,04% YoY dari US$329,9 juta. Komponen paling besar dari pendapatan ini didapat dari jasa pendapatan sebesar US$246,73 juta, tumbuh 22,45% YoY dari US$201,49 juta.
Pertumbuhan agresif dari sisi top line itu membuat laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk, atau laba bersih SMDR melesat 30,16% dari US$22,51 juta menjadi US$29,3 juta.
Pasang Kuda-kuda
HUMI sepanjang 2025 ini menargetkan untuk melakukan akuisisi terhadap 10 kapal dan pengembangan LNG logistic support. Ongkos sebesar US$39,57 juta disiapkan untuk merealisasikan hal itu.
"Untuk memperkuat kapabilitas armada dan menjawab kebutuhan pasar yang terus dan dalam rangka ekspansi bisnis yang berkelanjutan," kata Direktur Utama HUMI, Tirta Hidayat.
Saat ini, perusahaan milik Tommy Soeharto ini akan menjadi penopang kegiatan usaha utama Grup Humpuss, menyusul rencana go private PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. (HITS).
Koordinator pelaksana go private dan delisting HITS, Irsyad Alim Chaidir bilang, pengadaan dua kapal tersebut akan dilakukan oleh anak usaha, GTSI. HUMI melalui jaringan anak usahanya juga bersiap melakukan ekspansi menjangkau pasar global.
"Lalu untuk yang PT PCS Internasional (PCSI), kami mencoba pasar baru yaitu pasar luar negeri. Di GTSI kami juga coba pasar luar negeri, lewat unit usaha GTSI, GTS Energy Trading PTE LTD (GET). Ini kami akan coba tembus pasar luar negeri," kata Irsyad saat ditemui Bisnis beberapa waktu lalu.
Tak ketinggalan, SMDR juga semakin melirik LNG sebagai bisnis menguntungkan. Direktur Utama SMDR, Bani Maulana Mulia mengatakan bahwa kebutuhan LNG global terus meningkat. Apalagi, dia melihat Indonesia punya posisi strategis sebagai negara penghasil dan pengekspor LNG yang memiliki jaringan ke berbagai mitra dagang internasional.
"Peningkatan investasi Samudera di kapal LNG membuat kami semakin optimis dalam meraih peluang dan pertumbuhan di tahun-tahun mendatang," ujar Bani saat mengumumkan penambahan kepemilikan di LNG-EW silam.
Dalam keterangan terbarunya, Bani membeberkan 2025 ini SMDR berencana menambah empat kapal baru. Untuk itu, dana belanja modal alias capital expenditure/capex yang semula dialokasikan sebesar US$236 juta sampai US$250 juta pada tahun ini akan ditambah.
"Kami akan beli kapal tambahan karena memang saat ini permintaan pelanggan lebih besar. Demand yang ada di pasar jadinya cukup dalam melakukan investment capex. Ini tren positif yang kemungkinan lanjut sampai akhir tahun," ujar Bani.
Sebelumnya, Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) dalam laporannya memperkirakan pasokan LNG global akan naik pesat menjadi 40 miliar meter kubik pada 2026.
Gergely Molnar, analis gas di IEA mengungkapkan, 2026 akan menandai tahun pertama gelombang LNG dan juga akan menjadi semacam ujian bagaimana permintaan merespons pertumbuhan yang lebih kuat, terutama di Asia.
IEA memperkirakan peningkatan produksi bahan bakar ini akan mendorong rekor permintaan gas tahun depan, terutama di pasar-pasar Asia yang sensitif terhadap harga, serta di Afrika dan Timur Tengah.
Peran LNG dalam industri dan pembangkit listrik telah meningkat, dan perdagangan telah meningkat tahun ini di tengah penambahan pasokan yang substansial, sekitar 60% lebih tinggi dibandingkan dengan 2024.
Namun, untuk sisa 2025, IEA memperingatkan bahwa pasar tetap rentan terhadap guncangan.
"Meskipun proyek-proyek pencairan baru diperkirakan akan menghasilkan peningkatan volume lebih lanjut ke pasar pada paruh kedua tahun ini, setiap kendala tak terduga dalam jadwal mulai dan peningkatan produksi pabrik-pabrik ini akan secara efektif memperketat neraca LNG global," kata Molnar dikutip dari Bloomberg, Sabtu (26/7/2025).
Sementara itu, Woodside Energy Group Ltd., produsen bahan bakar terbesar di Australia, memproyeksi permintaan dan harga LNG akan terus meningkat hingga akhir 2025. Diprediksi negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan hingga China akan tetap menjadi pelanggan utama.
"Kami mulai melihat peningkatan permintaan dari negara-negara non-OECD di Asia. Seiring pertumbuhan ekonomi mereka, permintaan energi mereka pun meningkat," kata CEO Woodside Energy Meg O'Neill.
--
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.