Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat Pasca Meeting The Fed, Cek Sebabnya!

Harga minyak menguat lebih dari dua dolar AS pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB karena laporan persediaan yang lebih rendah di Amerika Serikat.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak menguat lebih dari dua dolar AS pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB karena laporan persediaan yang lebih rendah di Amerika Serikat dan kenaikan suku bunga The Fed.

Selain itu, pemotongan aliran gas Rusia ke Eropa mengimbangi kekhawatiran tentang permintaan yang lebih lemah dan kenaikan suku bunga AS ikut menopang harga minyak.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,22 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi menetap di 106,62 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk penyerahan September bertambah 2,28 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi ditutup di 97,26 dolar AS per barel.

Stok minyak mentah AS turun 4,5 juta barel pekan lalu karena ekspor melonjak ke level tertinggi sepanjang masa didorong diskon besar minyak mentah AS terhadap patokan internasional Brent, kata Badan Informasi Energi AS.

Setelah penurunan tajam dalam dua minggu terakhir, permintaan bensin AS rebound sebesar 8,5 persen dari minggu ke minggu, menurut data.

"Semua pembicaraan tentang penghancuran permintaan berhenti di jalurnya dalam laporan ini ... situasinya telah berubah secara dramatis dalam dua minggu," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho dikutip dari Antara, Kamis (28/7/2022).

Minyak juga terus naik setelah Federal Reserve AS memutuskan, seperti yang diperkirakan, untuk menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar tiga perempat poin persentase dalam upaya untuk mendinginkan inflasi paling intens sejak 1980-an.

"Dari sini, minyak bisa naik gelombang beberapa peningkatan selera risiko untuk beberapa sesi terutama jika dolar melemah lebih lanjut," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Minyak telah melonjak pada 2022, mencapai level tertinggi 14 tahun di 139 dolar AS per barel pada Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran pasokan dan karena permintaan pulih dari pandemi.

Sejak itu, kekhawatiran perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga telah membebani, meskipun pasokan terhenti di Libya dan Nigeria dan pemotongan aliran gas Rusia ke Eropa.

Aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 turun menjadi seperlima dari kapasitas pipa pada Rabu (27/7/2022), sementara Eni Italia mengatakan akan menerima volume yang lebih rendah dari Gazprom Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper