Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Laju Saham GOTO dan BUKA Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Rabu pagi. Hal itu diyakini bakal memberikan dampak besar kepada saham berbasis teknologi seperti GOTO dan BUKA.
The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Rabu pagi. Hal itu diyakini bakal memberikan dampak besar kepada saham berbasis teknologi seperti GOTO dan BUKA. Bisnis/Himawan L Nugraha
The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Rabu pagi. Hal itu diyakini bakal memberikan dampak besar kepada saham berbasis teknologi seperti GOTO dan BUKA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Rabu pagi. Hal itu diyakini bakal memberikan dampak besar kepada saham berbasis teknologi seperti GOTO dan BUKA.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti memaparkan kenaikan suku bunga The Fed akan memberikan dampak negative kepada beberapa sektor. Ia mengatakan, efek negatif terbesar akan dirasakan oleh sektor properti, teknologi dan multifinance.

"Ketiganya akan terkena efek negatif sebab meningkatnya biaya kredit yang menyebabkan tergerusnya laba perusahaan," katanya saat dihubungi, Rabu (27/7/2022).

Sementara, sektor perbankan akan mendapat dampak positif dari sentimen ini. Hal ini karena kenaikan suku bunga akan berimbas pada dengan naiknya Net Interest Margin (NIM) seiring dengan pemulihan ekonomi yang masih terus berlangsung meski ada tantangan dari perlambatan ekonomi global.

Ke depannya, Desy mengatakan IHSG akan mengalami pelemahan secara jangka pendek setelah keputusan tersebut. Menurutnya, pelemahan ini merupakan respon dari kebijakan kenaikan suku bunga yang akan membebankan biaya kredit.

Sementara itu, Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut, memberikan pengetatan paling agresif dalam lebih dari satu generasi untuk mengekang lonjakan inflasi.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/7/2022), The Fed menghadapi tekanan inflasi terpanas dalam 40 tahun, sehingga mengangkat suku bunga (Fed Funds Rate/FFR) pada Rabu (27/7/2022) menjadi pada kisaran 2,25 persen-2,5 persen. Kenaikan terbaru ini membuat kenaikan kumulatif Juni-Juli menjadi 150 basis poin, atau kenaikan tertajam sejak era price-fighting saat The Fed dipimpin Paul Volcker pada awal 1980-an.

Berdasarkan keterangan resmi dari Washington, The Federal Open Market Committee (FOMC) berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen, mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa "sangat memperhatikan risiko inflasi."

FOMC menegaskan kembali "mengantisipasi bahwa peningkatan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai," dan bahwa itu akan menyesuaikan kebijakan jika muncul risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan.

Pemungutan suara FOMC, yang mencakup dua anggota baru, yakni Wakil Ketua untuk Pengawasan Michael Barr dan Presiden Fed Boston Susan Collins, dengan suara bulat. Penambahan Michael Barr ke dewan awal bulan ini memberikan tujuh gubernur The Fed yang lengkap untuk pertama kalinya sejak 2013.

Potensi Pergerakan Saham GOTO dan BUKA

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan untuk saat ini kedua raksasa e-commerce itu sedang dalam posisi bearish. Pasalnya kenaikan inflasi akan sangat berpengaruh bagi kinerja Bukalapak dan Gojek Tokopedia.

“Kenaikan inflasi kan bisa jadi membuat konsumsi masyarakat menurun karena daya beli yang berkurang. Ini menjadi tantangan bagi keduanya,” kata Jimmy kepada Bisnis baru-baru ini.

Sejauh ini, lanjutnya belum ada katalis positif yang bisa mendorong performa Bukalapak dan Gojek Tokopedia. Pasalnya, alih-alih kenaikan, Jimmy melihat ada potensi penurunan pendapatan kedua emiten.

Menurutnya, jika daya beli masayrakat kena hantam akan berpengaruh langsung pada transaksi di masing-masing e-commerce. Jimmy pun mengingatkan bahwa kedua saham masuk dalam posisi investasi jangka panjang.

“Secara long term kita bullish, tapi sangat akan terpengaruh oleh perkembangan sentimen global ya,” katanya.

Di sisi lain, Equity Analyst Morgan Stanley Mark Goodridge dan Da Wei Lee melihat, layanan on-demand dan e-commerce GOTO tidak memiliki jalur jangka pendek menuju profitabilitas. Menurut mereka, minat investor untuk berinvestasi di perusahaan yang membakar uang semakin menyusut seiring dengan kondisi makro saat ini.

Perusahaan teknologi yang tumbuh pesat tetapi belum menghasilkan keuntungan, saat ini mengalihkan fokusnya dari pertumbuhan ke keuntungan.

"Jalan menuju keuntungan saat ini merupakan faktor utama untuk valuasi, dan kami pikir saat ini valuasi saham GOTO terlampau mahal dibandingkan perusahaan sejenis," kata Goodridge dan Lee dalam risetnya, dikutip Rabu (27/7/2022).

Lebih lanjut, kata mereka, GOTO memiliki kas yang lebih kecil dibandingkan Super Apps lain di Asia Tenggara. Hal itu berarti, GOTO butuh untuk meningkatkan modal dalam waktu dekat, memperbaiki keuntungan, dan mengurangi bakar uang.

Morgan Stanley juga melihat layanan on-demand serta e-commerce GOTO belum memiliki jalur menuju profitabilitas. Kompetisi yang ketat dan kurangnya kepemimpinan pasar GOTO di kedua segmen tersebut berarti jalur yang lebih sulit untuk menuju keuntungan dan GOTO akan melanjutkan bakar uang hingga saat itu.

"Bakar uang akan berkurang ketika layanan on-demand dan e-commerce perseroan mencapai titik impas (break even) EBITDA dengan perkiraan pada 2024 dan 2025. Ketika saat itu tiba, kami memperkirakan keuntungan dari layanan on-demand GOTO akan lebih inferior dari Grab dan layanan e-commerce lebih inferior dari Shopee," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper