Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB disebabkan oleh serangkaian data ekonomi yang suram.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,17 persen menjadi 106,73.
Sementara itu, pada akhir perdagangan di New York, euro tidak berubah pada 1,0198 per dolar AS. Adapun mata uang pound Inggris naik menjadi 1,1980 per dolar AS dari 1,1962 per dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,6912 per dolar AS dari 0,6903 per dolar AS.
Dikutip dari Antara, Dolar AS dibeli 136,20 per yen Jepang, lebih rendah dari 137,65 per yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9640 per franc Swiss dari 0,9685 per franc Swiss, dan naik menjadi 1,2921 dolar Kanada dari 1,2893 per dolar Kanada.
Di sisi data, Indeks Aktivitas Bisnis Jasa-jasa AS turun ke level terendah 26-bulan di 47 pada Juli, S&P Global Market Intelligence melaporkan pada Jumat (22/7/2022). Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur AS juga turun menjadi 52,3 dari pembacaan Juni di 52,7, menandai terendah 24 bulan.
Baca Juga
Sementara itu, rupiah menuju Rp15.500 per dolar AS, dan berpotensi menyentuh Rp16.000 per dolar AS setelah Bank Indonesia bergeming tak menaikkan suku bunga acuan.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo rate (7DRRR) di 3,5 persen pada Kamis, 21 Juli.
“Keputusan itu sejalan dengan konsensus pasar tetapi tidak sesuai dengan ekspektasi kami, memperkirakan kenaikan 25 basis poin menjadi 3,75 persen,” ungkp Lionel dalam riset, Jumat (22/7/2022).
Mengingat ada kemungkinan besar The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin dalam pertemuannya pekan depan, 27 Juli, jarak antara suku bunga acuan Indonesia dan AS berpotensi menyempit menjadi 100 bps, dan membuat rupiah akan melemah ke Rp15.500 per dolar AS dan bahkan berpeluang menyentuh Rp16.000 per dolar AS.
“Kami juga melihat kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar di kisaran 150-200 basis poin untuk menghentikan pelemahan rupiah lebih lanjut,” ujarnya.