Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Rupiah Dibuka Melemah, Ambrol Tembus Rp14.800

Rupiah melemah tembus Rp14.800 akibat penguatan dolar AS yang ditopang rencana Federal Reserve agresif menaikkan suku bunga.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta. Rupiah melemah tembus Rp14.800 akibat penguatan dolar AS yang ditopang rencana Federal Reserve agresif menaikkan suku bunga. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta. Rupiah melemah tembus Rp14.800 akibat penguatan dolar AS yang ditopang rencana Federal Reserve agresif menaikkan suku bunga. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau melemah pada pembukaan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (17/6/2022). Pelemahan juga terpantau pada beberapa mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah 68,50 poin atau 0,46 persen ke posisi Rp14.836,00 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,49 poin atau 0,47 persen di posisi 104,1220.

Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia lain yang dibuka melemah diantaranya yen Jepang yang turun 0,91 persen, baht Thailand turun 0,47 persen, won Korea Selatan turun 0,19 persen, dan dolar Singapura yang turun 0,08 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, ringgit Malaysia terpantau menguat 0,13 persen, yuan China naik 0,09 persen, dan peso Filipina naik 0,01 persen terhadap dolar AS.

Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sikap investor yang mencerna kenaikan suku bunga 75 basis poin yang diumumkan oleh bank sentral Amerika Serikat hari Rabu, yang bertujuan untuk menjinakkan inflasi setelah indeks harga konsumen naik 8,6 persen YoY di bulan Mei, terbesar sejak 1994.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral akan memberikan kenaikan besar lainnya pada bulan Juli, tetapi kenaikan 75 basis poin hari ini terbilang cukup signifikan.

"Sangat jelas bahwa Fed akan melakukan apa pun untuk mengurangi inflasi secara paksa dan tingkat terminal akan mendekati 4 persen dan bahkan mungkin lebih tinggi," jelasnya.

Sementara itu, dari dalam negeri, Direktorat Jenderal atau Ditjen Pajak Kementerian Keuangan mengklaim adanya peningkatan tajam jumlah peserta program pengungkapan sukarela atau PPS menjelang batas waktu pendaftaran.

Pada Juni 2022 terjadi peningkatan pesat peserta PPS dari bulan-bulan sebelumnya. Pasalnya, bulan Juni ini merupakan bulan terakhir peserta PPS dapat mengikuti program tersebut.

Di sisa 15 hari terakhir dari PPS, terlihat adanya tren realisasi yang melonjak tinggi. Jumlah peserta misalnya, dari rata-rata pada bulan Januari sampai dengan Mei yang hanya sekitar 11.000 wajib pajak, pada 15 hari awal bulan Juni saja sudah ada 32.000 wajib pajak yang ikut.

Total nilai harta bersih pada 15 hari pertama Juni 2022 bahkan tumbuh 304 persen dari nilai rata-rata Januari sampai dengan Mei. Nilai rata-rata dalam lima bulan terakhir adalah Rp20,7 triliun, sedangkan nilai harta bersih di 15 hari pertama Juni telah mencapai Rp83,6 triliun.

Harta terkumpul pada Januari mencapai Rp5,9 triliun, lalu Rp9,2 triliun pada Februari, Rp27,6 triliun pada Maret, Rp23 triliun pada April, Rp37,6 triliun pada Mei, dan Rp89,3 pada bulan berjalan ini. Total nilai harta bersih tercatat telah mencapai Rp192,6 triliun.

Sementara itu, realisasi per bulan dari PPh yang disetorkan yaitu Rp653 miliar pada Januari, Rp947 miliar pada Februari, Rp2,8 triliun pada Maret, Rp2,3 triliun pada April, dan Rp3,7 triliun pada Mei 2022. Perolehan PPh dari PPS sepanjang bulan berjalan telah mencapai Rp8,8 triliun. Total PPh yang diperoleh pemerintah sejauh ini telah mencapai Rp19,2 triliun.

Oleh sebab itu Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.750- Rp14.810 pada perdagangan hari ini, Jumat (17/6/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper