Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka melemah pada Jumat (17/6/2022) seiring dengan ambrolnya Wall Street semalam
IHSG dibuka turun 0,89 persen atau 62,57 poin menjadi 6.987,75. Laju IHSG mengikuti Wall Street dan bursa global lainnya yang cenderung menurun. Beberapa saat setelah pembukaan, IHSG tambah ambrol 1 persen menuju 6.975,98.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Dimas Pratama menyampaikan inflasi dan suku bunga tinggi, serta apresiasi dolar AS, membuat sejumlah analis merevisi ulang proyeksi laba perusahaan kuartal III/2022 dan kuartal IV/2022. Penguatan dolar AS menekan margin perusahaan berorientasi ekspor.
Sebagian besar perusahaan dalam indeks S&P 500, akan merilis kinerja keuangan kuartal II/2022 setelah pertengahan Juli mendatang. Sebelumnya, analis telah merevisi turun sejumlah proyeksi laba kuartal II beberapa pekan terakhir. Kekhawatiran investor pada penurunan laba, membuat Wall Street berbalik melemah kemarin, dengan Nasdaq turun lebih dari 4 persen.
Di sisi lain, kekhawatiran yang mengganggu pergerakan IHSG di zona hijau sejak awal perdagangan, meskipun akhirnya ditutup menguat 43 poin ke level 7.050. Swiss National Bank menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.
Sementara itu, Bank of England menaikkan lagi suku bunga acuannya, kelima kalinya berturut-turut tahun ini, ke level 1,25 persen atau level tertinggi sejak krisis keuangan global tahun 2009.
Baca Juga
"Jelang RDG BI pekan depan, kami memproyeksikan IHSG bergerak upward hari ini, dengan kisaran 7.000-7.260," paparnya.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengungkapkan sentimen positif IHSG bakal kembali dihajar sentimen negatif.
"Baru sehari dikasih bernafas, Indeks DJIA kembali dihajar turun sebesar -2,42 persen dan saat ini sudah berada dibawah level psikologis 30.000, level terendah sejak Maret 2020, seiring mengecewakannya data sektor perumahan AS [data building permits & housing starts] turun terendah sejak Oktober 2021 dan tingginya inflasi ditengah The Fed secara agresif menaikkan FFR," katanya, Jumat (17/6/2022).
Akibat tingginya inflasi, saat ini pelaku pasar di Wall Street mulai memperkirakan The Fed akan menaikkan FFR hingga 4,5 persen hingga 5 persen, lebih tinggi dari proyeksi The Fed saat ini pada level 3,5-4 persen
Jika jatuhnya DJIA tersebut dikombinasikan dengan turunnya EIDO sebesar 0,09 persen padahal kemarin IHSG naik 0,62 persen serta turunnya harga beberapa komoditas seperti CPO dan nikel di tengah semakin melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi menjadi sentimen negatif bagi perdagangan di Bursa Indonesia Jumat ini.
Dia memperkirakan rentang pergerakan IHSG pada 6.959-7.073.