Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Emiten Rights Issue, Analis Jagokan Sektor Ini Diserap Pasar

Sejumlah emiten yang melakukan rights issue untuk modal ekspansi, penambahan modal, maupun restrukturisasi memiliki prospek saham yang menarik.
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana sejumlah emiten melaksanakan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue bakal menghadapi tantangan pasar yang masih bergejolak pasca The Fed menaikkan suku bunga dan sejumlah sentimen internasional.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengungkapkan tren suku bunga The Fed yang naik membuat biaya pendanaan menjadi meningkat.

Kenaikan suku bunga The Fed berdampak pada US Treasury yang meningkat, hal ini membuat investor asing kembali ke pasar obligasi negara AS, sehingga kepemilikan asing di pasar obligasi emerging market termasuk Indonesia meningkat.

Penurunan permintaan ini dengan suplai obligasi Surat Utang Negara (SUN) yang tetap membuat yield meningkat. Seiring dengan itu, yield obligasi korporasi yang diterbitkan emiten pun turut terdongkrak.

"Hal ini membuat biaya pendanaan dari obligasi bagi korporasi atau emiten meningkat. Sedangkan, pinjaman perbankan juga bakal terdampak dengan turut menaikkan suku bunga yang membuat pinjaman semakin mahal," katanya kepada Bisnis, Senin (30/5/2022).

Dengan kondisi pasar demikian, pilihan rights issue lanjutnya menjadi yang paling realistis untuk modal ekspansi, penambahan modal, maupun restrukturisasi.

Sejumlah emiten telah mengumumkan rencana penggalangan dana melalui rights issue dengan total nilai sekira Rp7,5 triliun pada tahun ini. Kendati pasar tengah volatil, pengumpulan dana ini dinilai tetap bakal terserap pasar.

Komitmen rights issue senilai Rp7,5 triliun tersebut datang dari 4 emiten, yakni PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) sebesar Rp3,5 triliun, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) sebesar Rp1,89 triliun, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) sebesar Rp1 triliun dan PT Perintis Triniti Properti Tbk. (TRIN) sebesar Rp133 miliar disertai penerbitan waran.

Hingga pekan kedua Mei 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rights issue sebesar Rp11,98 triliun dari 10 emiten.

Namun, seiring tren kenaikan suku bunga The Fed, rights issue emiten juga perlu tetap waspada. Emiten wajib memastikan komitmen tata kelola yang baik (good corporate governance) dijalankan terutama dalam penggunaan dana hasil rights issue.

Selain itu, strategi bisnis emiten juga mesti terukur, karena investor bakal memperhatikan penggunaan dana hasil HMETD ini.

"Sebenarnya, masih ada harapan kuat aksi korporasi ini diapresiasi pelaku pasar, yang penting tujuan penggunaan dananya tepat sasaran tingkatkan kinerja," katanya.

Sementara itu, Nafan menjagokan rights issue dari emiten berbasis konstruksi bakal terserap pasar dengan baik. Alasannya, secara penilaian, Mirae Asset menyematkan rating overweight pada sektor ini.

"Emiten berbasis konstruksi riset kami rating overweight, ada ADHI dan WSKT. Jadi memang terkait penggunaan dananya nanti untuk likuiditas dan pengerjaan proyek strategis nasional [PSN] ini semestinya bisa dapat katalis positif supaya proyek dikerjakan tepat waktu dan tepat sasaran," tuturnya.

Dengan rating overweight, sektor konstruksi menurutnya layak dicermati dan melakukan akumulasi pembelian ketika terkoreksi terutama untuk investasi jangka menengah dan panjang.

Dia merekomendasikan beli untuk saham WSKT dan ADHI dengan target price (TP) masing-masing 1.000 dan 1.100.


Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper