Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yang bertumbuh berpotensi menjadi katalis bagi pergerakan sahamnya.
Sebagaimana diketahui, emiten berkode saham INKP ini membukukan penjualan neto US$3,51 miliar sepanjang 2021 atau setara Rp50,5 triliun dengan laba bersih US$527 juta atau setara Rp7,56 triliun.
Analis BNI Sekuritas Mikhail Johanes mengatakan, berdasarkan hasil kinerja di 2021, pihaknya memandang tahun 2022 akan menjadi tahun yang positif bagi INKP dengan ruang untuk menumbuhkan permintaan dan harga yang akan mengarah pada membaiknya top line dan bottom line perseroan.
"Kami mempertahankan perkiraan dan peringkat beli saham INKP, dengan target harga Rp10.000," kata Mikhail dalam risetnya, dikutip Minggu (10/4/2022).
Dia melanjutkan, INKP akan sangat diuntungkan dari ekspektasi melonjaknya permintaan dari produk kemasan dan harga komoditas yang lebih tinggi.
Mikhail menjelaskan, selama tahun 2021 permintaan kertas industri INKP telah meningkat sebesar 7 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan secara mencolok memberikan kontribusi terbesar terhadap top line sebesar 42 persen, atau rekor tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Baca Juga
Menurutnya, ke depan, segmen ini akan sangat didorong oleh tren pergeseran menuju digitalisasi, regulasi BPOM, dan peningkatan produk daur ulang.
"Kami mengharapkan pertumbuhan 10–11 persen pada tahun 2022 dan 2023, sehingga total pertumbuhan volume penjualan sebesar 5 persen–6 persen," tulis Mikhail.
Untuk permintaan pulp, kata dia, beberapa hambatan masih meningkat, terutama peraturan China yang membatasi impor pulp. Pihaknya memperkirakan pertumbuhan permintaan akan moderat di segmen ini, yakni sebesar 1 persen–2 persen dengan margin yang lebih rendah.
Ke depan, BNI Sekuritas juga memperkirakan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina akan mendorong harga komoditas, termasuk pulp, dengan perkiraan berkisar antara US$650-US$700 per ton.
"Kombinasi faktor antara melonjaknya permintaan dari produk kemasan dan harga pulp yang lebih tinggi akan menjadi katalis terkuat bagi perusahaan. Namun, kami masih melihat kebijakan China dan masalah kendala pasokan sebagai dua hambatan yang dapat meningkatkan opex dan menekan margin," tuturnya.
Adapun risiko utama dari saham INKP ini adalah penurunan harga kertas pulp global, oversupply karena ekspansi kapasitas, dan biaya pengiriman yang lebih tinggi.
Risiko selanjutnya kebijakan pembatasan lebih lanjut dari China, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, serta kenaikan suku bunga Fed.