Bisnis.com, JAKARTA — Sentimen investor terhadap kinerja emiten Grup Sinar Mas cenderung netral hingga negatif, terutama pada sektor properti dan pulp & paper akibat pelemahan kinerja pada semester I/2025.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan sentimen itu seiring dengan penurunan kinerja laba bersih emiten di sektor properti seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS), dan PT Duta Pertiwi Tbk. (DUTI) pada paruh pertama.
BSDE tercatat melaporkan penurunan laba sebesar 44,79% YoY menjadi Rp1,28 triliun pada semester I/2025, sementara DMAS membukukan penurunan sebesar 46,09% menjadi Rp433,01 miliar, dan laba DUTI turun 75,51% YoY.
“Hal tersebut mengindikasikan tekanan dari lesunya marketing sales serta belum pulihnya permintaan residensial maupun kawasan industri,” ujar Liza saat dihubungi Bisnis pada Senin (4/8/2025).
Dia menambahkan bahwa sektor pulp & paper juga masih tertekan. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) mencatatkan penurunan laba 54,3%, sementara PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) turun 41,3%.
Liza menekankan, risiko utama bagi sektor-sektor tersebut berasal dari ketergantungan pada kondisi eksternal. Mulai dari harga komoditas global, suku bunga domestik, hingga arus modal asing yang masih fluktuatif.
Baca Juga
“Industri pulp tetap dalam tekanan harga global di tengah pemulihan permintaan kertas yang belum solid,” pungkas Liza.
Meski demikian, dia menilai bahwa ada peluang di sektor lain, khususnya asuransi dan kelapa sawit. Untuk asuransi, PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) tercatat membukukan kenaikan laba 311% secara tahunan.
“SMMA menjadi salah satu penopang sentimen positif, seiring normalisasi risiko pasca-COVID dan kenaikan premi asuransi,” ujarnya.
Selain itu, PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk. (SMAR) mencatatkan pertumbuhan laba 94%. Liza menyebut kenaikan tersebut didukung oleh rebound harga CPO dan perbaikan efisiensi operasional.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menambahkan bahwa secara teknikal, saham TKIM dan INKP saat ini sudah menyentuh target harga yang direkomendasikan.
“Memang disarankan untuk melakukan realisasi profit mengingat kinerja laporan keuangan semester I/2025 menunjukkan penurunan performa dan sinergi pertumbuhan,” ujarnya kepada Bisnis.
Menurut Nafan, salah satu saham yang relatif likuid adalah BSDE meskipun entitas Sinar Mas Land itu belum mencapai target harga Rp1.975 per saham.
“Jadi, saham BSDE masih bisa ditambah. Prospek sektor properti juga masih bagus ke depan. Selain adanya insentif properti dari pemerintah, kebijakan Bank Indonesia yang melanjutkan tren penurunan suku bunga acuan diperkirakan akan mendorong permintaan di sektor properti,” pungkasnya.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.