Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah IPO, GoTo Tidak Jamin Bukukan Laba

Dalam prospektus IPO, GoTo mengklaim bahwa perusahaan tidak dapat memberikan jaminan akan membukukan laba bersih di masa mendatang.
Mitra layanan ojek daring Gojek menunjukkan logo merger perusahaan Gojek dan Tokopedia yang beredar di media sosial di shelter penumpang Stasiun Kereta Api Sudirman, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Sejumlah mitra pengemudi Gojek berharap mergernya dua perusahan ?startup? Gojek dan Tokopedia memberikan dampak positif bagi kalangan mitra dengan meningkatnya bonus dan insentif karena penggabungan tersebut telah meningkatkan nilai atau valuasi perusahaan./ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra
Mitra layanan ojek daring Gojek menunjukkan logo merger perusahaan Gojek dan Tokopedia yang beredar di media sosial di shelter penumpang Stasiun Kereta Api Sudirman, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Sejumlah mitra pengemudi Gojek berharap mergernya dua perusahan ?startup? Gojek dan Tokopedia memberikan dampak positif bagi kalangan mitra dengan meningkatnya bonus dan insentif karena penggabungan tersebut telah meningkatkan nilai atau valuasi perusahaan./ANTARA FOTO-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) telah mengumumkan rencana penawaran umum saham perdana atau IPO dengan target sebanyak-banyaknya Rp17,9 triliun. Namun demikian, GoTo belum menjamin mampu memeroleh laba ke depannya.

Dalam prospektusnya, GoTo mencatatkan akumulasi rugi bersih perusahaan berturut-turut pada 31 Desember 2018, 2019 dan 2020 sebesar Rp20.438 miliar, Rp43.190 miliar, Rp57.740 miliar. Sedangkan pada 31 Juli 2021, akumulasi rugi bersih perusahaan mencapai nilai Rp65.287 miliar.

“Perusahaan tidak menjamin bahwa Perusahaan akan sepenuhnya mendapatkan kembali biaya investasi, dan investasi yang telah dilakukan akan menghasilkan peningkatan pendapatan atau pertumbuhan bisnis dan profitabilitas di masa mendatang,” tulis GoTo dalam prospektusnya, Selasa (15/3/2022).

Ada beberapa aspek yang turut berkontribusi mendorong rugi bersih perusahaan, di antaranya dari segi pengembangan kegiatan operasional, penawaran produk, basis dan jejaring konsumen, serta biaya penjualan dan pemasaran untuk meningkatkan basis konsumen.

Selain itu, rugi bersih juga disebabkan oleh biaya penyusutan dan amortisasi perangkat lunak yang digunakan perusahaan. Lebih lanjut, adanya biaya pengembangan teknologi dan infrastruktur juga beban gaji serta imbalan karyawan turut menyumbang total rugi bersih GoTo.

GoTo mengklaim bahwa perusahaan tidak dapat memberikan jaminan akan membukukan laba bersih di masa mendatang. Hal ini disebabkan kemampuan perusahaan untuk mencapai profitabilitas sebagian besar bergantung pada kemampuan mengembangkan bisnis dan mengoptimalisasi sumber daya, yang bisa jadi memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya lebih besar dengan hasil yang tidak pasti.

Profitabilitas perusahaan nantinya akan dipengaruhi diversifikasi produk, pengembangan marketplace online, dan penawaran value-added services dengan marjin yang lebih tinggi. Maka dari itu perlu investasi jangka panjang, salah satunya dengan melantai di pasar bursa.

Sebagai informasi, investor mendapatkan dua manfaat saat menaruh dana di saham, yakni keuntungan dari kenaikan saham tersebut dan perolehan dividen. Adapun, alokasi dividen didapatkan dari laba bersih sehingga perusahaan yang rugi tidak dapat memberikan dividen.

CEO Grup GoTo Andre Soelistyo menyatakan optimismenya dalam pembukaan IPO perusahaan. Menurutnya, Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terbesar yang memiliki ketahanan pasar modal cukup tinggi di tengah volatilitas pasar global tahun 2022 ini.

“Kami berharap IPO GoTo akan menunjukkan kepada dunia peluang luar biasa yang ada di Indonesia dan di seluruh kawasan Asia Tenggara,” papar Andre dalam keterangan resminya, (15/3/2022).

Rencananya, GoTo akan menggunakan dana yang terkumpul dari IPO untuk modal kerja setelah dikurangi biaya emisi. Kisaran harga untuk IPO GoTo ada di rentang Rp316 hingga Rp346 per saham, sehingga kapitalisasi pasar saat pencatatan saham di BEI diperkirakan mencapai Rp376,6 triliun sampai dengan Rp413,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper