Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Reksa Dana Masih Berpotensi Tertekan Pasca Pertemuan The Fed

Konflik Rusia - Ukraina dan rencana kenaikan suku bunga The Fed masih akan menimbulkan ketidakpastian pada industri reksa dana selama beberapa waktu ke depan.
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, Jakarta - Konflik Rusia - Ukraina dan rencana kenaikan suku bunga The Fed masih akan menimbulkan ketidakpastian pada industri reksa dana selama beberapa waktu ke depan.

Instrumen reksa dana campuran dan saham yang defensif dapat menjadi pilihan investor ditengah volatilitas pasar.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menyebutkan, sejauh ini pergerakan pasar secara year to date (YTD) masih relatif cukup kuat jika dibandingkan dengan pasar global. Hal tersebut terlihat dari kinerja reksa dana saham dan campuran yang masih positif selama sepekan belakangan.

Ia mengatakan, ekspektasi pasar terhadap pertemuan The Fed yang akan berlangsung selama 2 hari kedepan sudah terlihat selama beberapa pekan belakangan. Pasar saat ini mengantisipasi kenaikan suku bunga sebesar 25bps.

"Tetapi, hal tersebut tidak menutup kemungkinkan market akan kembali volatil pasca pengumuman the Fed," jelasnya saat dihubungi, Selasa (15/3/2022)

Sentimen lain yang akan berpengaruh terhadap reksa dana selama beberapa waktu ke depan adalah perang Rusia - Ukraina yang masih berlangsung dan berkepanjangan. Menurut Guntur hal ini akan mempengaruhi kondisi makro global secara keseluruhan.

Ia menjelaskan, efek dari sanksi dan retaliasi sanksi dari Rusia masih tetap akan berpengaruh terhadap harga komoditas global. Hal ini juga menyebabkan kenaikan inflasi di seluruh dunia.

"Imbas dari krisis di Ukraina memberikan ketidakpastian terhadap kondisi pasar dalam waktu dekat ini," ujarnya.

Guntur mengatakan, di tengah sentimen tensi geopolitik yang tinggi, reksa dana campuran dapat menjadi pilihan menarik bagi investor.

Menurutnya, daya tarik produk ini berasal dari alokasi aset reksa dana campuran yang strategis, dinamis, dan taktis. Umumnya, produk reksa dana campuran dapat menyesuaikan alokasi aset secara optimal saat pasar tengah volatil.

“Jika manajer investasi bisa menerapkan alokasi aset yang strategis, reksa dana campuran akan sangat atraktif untuk investor," katanya.

Selain itu, reksa dana berbasis saham yang defensif serta reksa dana pasar uang juga dapat menjadi pilihan investor. Ia menuturkan, jika tensi geopolitik meningkat, maka banyak investor akan mencari aset safe haven yang memiliki tingkat korelasi rendah dengan pasar, dan masih mungkin mendapatkan kinerja yang optimal di tengah memburuknya pasar.

“Pada saat-saat seperti ini, likuiditas akan menjadi faktor yang sangat penting, dan dari reksa dana pasar uang, investor bisa mendapatkan likuiditas dan imbal hasil yang masih relatif baik dan stabil,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper