Bisnis.com, JAKARTA - Emiten laboratorium klinis, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) berhasil mempertahankan kinerjanya. Posisi kas dan sisa dana IPO pun masih dapat dimanfaatkan untuk ekspansi.
Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty menjelaskan 2021 merupakan tahun yang penuh dengan tantangan tak terkecuali bagi perseroan yang berada di sektor kesehatan.
Secara akumulatif, perseroan mencatatkan arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada 2021 dalam posisi surplus menjadi sebesar Rp777,26 miliar meningkat dari Rp434,63 miliar pada 2020.
Peningkatan akun arus kas bersih dari aktivitas operasi ini karena meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar 38,7 persen menjadi Rp2,6 triliun pada 2021.
"Dengan tingkat posisi kas dan setara kas sebesar Rp607,83 miliar, Perseroan memiliki posisi keuangan yang solid untuk mendukung kesinambungan operasi dan pengembangan bisnis Perseroan," terangnya dalam keterangan pers, Selasa (15/3/2022).
Per 31 Desember 2021, sisa dana hasil penawaran umum perseroan adalah Rp404,34 miliar dan total dana IPO yang telah digunakan adalah Rp744,29 miliar.
Baca Juga
Dari total dana hasil IPO yang telah digunakan per 31 Desember 2021, sebesar Rp511,72 miliar digunakan untuk pengembangan jejaring outlet, Rp145,24 miliar untuk peningkatan kemampuan dan kualitas layanan, dan Rp87,33 miliar untuk modal kerja.
Prodia juga telah meluncurkan pemeriksaan Anti SARS-CoV-2 Kuantitatif (Spike-RBD) untuk mengukur titer antibodi terhadap virus Covid-19.
Pemeriksaan ini berfungsi sebagai baseline kuantitatif antibodi terhadap SARS COV-2 untuk mengevaluasi respons imun individu terhadap virus SARS-CoV-2 sehingga memungkinkan dokter menilai perubahan relatif respons imun individu terhadap virus dari waktu ke waktu dalam bentuk numerik.
Selain itu, Prodia telah meluncurkan pemeriksaan genomik diantaranya Leukemia Phenotyping untuk mendeteksi tipe kanker darah pada pasien leukemia akut.
Meluncurkan pula tes NEUROgenomics merupakan pemeriksaan genomik yang digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan genetik seseorang terhadap penyakit yang berkaitan dengan gangguan saraf diantaranya penyakit Alzheimer, Skizofrenia, dan Stroke.
Prodia terpilih menjadi salah satu perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam daftar Forbes Asia’s Best Under a Billion 2021. Forbes Asia’s Best Under a Billion 2021 adalah daftar yang memuat 200 perusahaan terbaik di Asia Pasifik dengan kategori pendapatan di atas US$10 juta dan dibawah US$1 miliar atau Rp 14 triliun.