Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan besok, Selasa (15/3/2022) ke level Rp14.320.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat terbatas direntang Rp14.320-Rp14.360 per dolar AS.
Sementara itu, Mengutip data Bloomberg, Senin (14/3/2022) mata uang Garuda melemah 31,5 poin atau 0,22 persen ke Rp14.332 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS berdiri di 98,88 setelah sempat menyentuh 99,29 sepanjang hari ini.
Ibrahim menyebutkan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya pada Senin pagi di Asia, karena sejumlah bank sentral bersiap untuk menjatuhkan keputusan kebijakan mereka sepanjang minggu.
Sementara itu, ada harapan bahwa pembicaraan antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik yang dimulai dengan invasi 24 Februari 2022 akan terwujud.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan pada hari Minggu bahwa mungkin ada tanda-tanda bahwa Rusia bersedia untuk memulai negosiasi substansial untuk mengakhiri invasi ke Ukraina. Namun, pertempuran dalam konflik yang dimulai pada 24 Februari terus berlanjut.
Baca Juga
Selain itu, patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik ke level tertinggi hampir satu bulan, dengan The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga ketika menjatuhkan keputusan kebijakannya akhir pekan ini.
Selain soal perkembangan konflik di Ukraina yang terus mengguncang pasar akhir-akhir ini, pekan ketiga Maret akan diisi dengan berbagai rilis data ekonomi dari dalam negeri dan mancanegara. Data ekonomi makro tersebut akan turut mempengaruhi pergerakan pasar selama sepekan ini.
Dari sisi internal, pelaku pasar terus memantau perkembangan data ekonomi yang akan dirilis dalam pekan ini, terutama Neraca Perdagangan, termasuk nilai Ekspor dan Impor pada Februari 2022 yang akan dirilis pada Selasa diperkirakan kembali surplus sebesar US$1,80 miliar, Ekspor 37,1 persen (YoY), Impor 44,9 persen (YoY).
Bank Indonesia yang akan mengumumkan suku bunga acuannya juga diprediksi akan tetap berada pada 3,5 persen seperti bulan Februari lalu.
Sementara itu, harga komoditas masih turut menjadi faktor utama penggerak neraca perdagangan Februari 2022. Kenaikan harga komoditas terus berlanjut sejak akhir tahun lalu seiring dinamika global yang terjadi yaitu Konflik Rusia dan Ukraina yang terjadi pada akhir bulan lalu akan turut mempengaruhi catatan Neraca Perdagangan.
Selain itu, pengumuman ketentuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) mengerek harga crude palm oil (CPO), sehingga terdapat potensi keuntungan bagi Indonesia. Kondisi serupa terjadi di komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan harga.