Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Saham Potensial Beyond LQ45 Setelah IHSG ATH

Saham di luar LQ45, seperti BREN dan AMMN, menarik perhatian karena prospek energi dan hilirisasi. Sektor energi, komoditas, dan konstruksi mendorong IHSG.
Karyawan beraktivitas didepan layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (16/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas didepan layar yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Rabu (16/7/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham unggulan di luar indeks LQ45 berpotensi menjadi primadona pasar di tengah performa saham keping biru itu yang tertinggal di belakang kenaikan IHSG. Dalam data BEI hingga kemarin, (14/8/2025), saham paling likuid dengan kapitalisasi jumbo di BEI mencatatkan pelemahan kinerja 0,35% secara harian. Sementara sepanjang tahun berjalan, LQ45 hanya tumbuh 0,03%. 

Sebagai pembanding, indeks composite telah melonjak dan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di hari yang sama. Indek ditutup pada level 7.931,25 atau setara kenaikan 12,02% ytd.

Head Riset Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan bahwa kinerja LQ45 relatif tertahan karena dominasi saham-saham big caps seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang belum menunjukkan performa optimal.

“Saham-saham perbankan cenderung naik terbatas akibat tekanan pada margin bunga bersih dan pertumbuhan kredit yang belum maksimal, imbas dari suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih tinggi hingga Juni,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (15/8/2025).

Sisi lain, lanjutnya, sektor-sektor yang mendorong lonjakan IHSG seperti energi, komoditas, dan konstruksi, justru sebagian besar berada di luar indeks LQ45. 

Menurutnya ada sejumlah saham di luar LQ45 yang masih menarik seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Amman Mineral Internasional TBK. (AMMN) menjadi sorotan karena prospek transisi energi serta sentimen ekspansi hilirisasi tembaga. 

Bahkan, sambungnya, rencana masuknya AMMN ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International Global Standard MSCI turut memperkuat prospek saham ini. Dia melanjutkan di sektor defensif, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dan PT Jayamas Medica Industri Tbk. (OMED) menunjukkan tren positif, didorong oleh ekspansi pasar ekspor alat kesehatan ke Amerika Serikat, yang terbuka setelah tensi dagang AS-China memberikan peluang.

Sementara itu, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas David Kurniawan menjelaskan bahwa fenomena rotasi sektor menjadi faktor utama di balik melambatnya pertumbuhan indeks LQ45. 

Menurutnya banyak investor kini mengalihkan dana ke saham-saham second liner dan new economy yang meskipun belum masuk LQ45, tetapi dinilai memiliki potensi kenaikan harga yang signifikan.

Faktor lainnya, lanjutnya, adalah tekanan terhadap saham big caps. Beberapa konstituen utama LQ45, khususnya saham-saham big caps seperti perbankan besar dan sektor konsumsi defensif, justru mengalami kinerja stagnan bahkan terkoreksi. 

"Kondisi ini diperburuk oleh sikap investor asing yang lebih selektif dalam memilih saham kapitalisasi besar di tengah volatilitas sentimen global, sebagai bagian dari strategi rebalancing portofolio mereka," terangnya,

Meski secara umum performa LQ45 tertinggal, sejumlah saham unggulan di dalam indeks tersebut masih mendapatkan rekomendasi karena memiliki fundamental yang kuat dan prospek jangka menengah hingga panjang yang menarik. 

David memperkirakan sejumlah saham tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) karena tetap mencatatkan pertumbuhan kredit mikro yang kuat, return on equity (ROE) tinggi, serta transformasi digital yang agresif.

Selanjutnya PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang diuntungkan oleh stabilnya harga batubara dan strategi diversifikasi ke sektor energi baru.

Saham lainnya adalah PT Astra International Tbk. (ASRI) yang diperkuat oleh portofolio bisnis yang luas dari otomotif, pertambangan, hingga layanan keuangan digital.

--

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro