Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Merosot, Laba Timah (TINS) Bisa Naik Drastis?

Emiten BUMN, PT Timah Tbk. (TINS) mencatatkan pendapatan yang merosot sepanjang 2021 tetapi mampu mencetak laba bersih yang naik signifikan.
Tumpukan timah batangan dengan segel PT Timah Tbk./Bloomberg
Tumpukan timah batangan dengan segel PT Timah Tbk./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN, PT Timah Tbk. (TINS) mencatatkan pendapatan yang merosot sepanjang 2021 tetapi mampu mencetak laba bersih yang naik signifikan.

Kendati demikian, beban pokok yang dapat ditekan membuat perseroan berhasil membalikan posisi rugi menjadi laba bersih.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, emiten berkode TINS ini mencetak pendapatan sebesar Rp14,6 triliun turun 3,99 persen dibandingkan dengan tahun penuh 2020 yang mencapai Rp15,21 triliun.

Kendati demikian, TINS berhasil memangkas 20,74 persen beban pokok pendapatan menjadi Rp11,17 triliun dari Rp14,09 triliun. Dengan begitu, laba bruto pada 2021 menjadi Rp3,43 triliun naik 206,8 persen dibandingkan dengan 2020 yang sebesar Rp1,11 triliun.

Hal ini membuat kenaikan beban umum dan administrasi menjadi Rp1,06 triliun, serta kenaikan beban penjualan menjadi Rp132,81 miliar menjadi tidak begitu berdampak terhadap bottomline perseroan.

Perseroan pun mencatatkan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp1,72 triliun pada 2021 berbanding terbalik dengan rugi sebelum pajak Rp269,76 miliar pada 2020.

Walhasil, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih tercatat Rp1,3 triliun pada 2021, membalikkan posisi rugi bersih Rp340,59 miliar pada 2020.

TINS juga mencatatkan laba bersih per saham dasar atau dilusian menjadi Rp175 per lembar pada 2021, berbanding terbalik dengan rugi bersih per saham Rp45 pada 2020.

Adapun posisi total aset perseroan naik tipis pada 2021 menjadi Rp14,69 triliun dibandingkan dengan Rp14,51 triliun pada 2020.

Rinciannya, terjadi kenaikan pada jumlah aset lancar menjadi Rp7,42 triliun dari Rp6,55 triliun, sedangkan jumlah aset tidak lancar turun menjadi Rp7,26 triliun dari Rp7,96 triliun.

Di sisi lain, jumlah liabilitas perseroan turun menjadi Rp8,38 triliun pada 2021 dibandingkan dengan Rp9,57 triliun pada 2020.

Dengan rincian penurunan pada jumlah liabilitas jangka panjang menjadi Rp2,69 triliun dari Rp3,71 triliun, sedangkan jumlah liabilitas jangka pendek turun menjadi Rp5,68 triliun dari Rp5,86 triliun.

Jumlah ekuitas TINS juga tercata melonjak menjadi Rp6,3 triliun pada 2021 dibandingkan dengan Rp4,94 triliun pada 2020.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah M. Krisna Sjarif mengatakan melesatnya performa perusahaan menjadi pencapaian istimewa di tengah pandemi yang belum berakhir.

“Namun tak menyurutkan optimisme Manajemen bahwa di tahun-tahun berikutnya kinerja perseroan akan mampu lebih baik didukung pemanfaatan teknologi penambangan yang berkualitas dan berbiaya rendah,” katanya dalam keterangan resmi Senin (14/3/2022).

Krina mengatakan pemanfaatan teknologi Ausmelt yang akan beroperasi di semester II/2022 diharapkan mampu menekan biaya produksi pembuatan logam timah. Dengan begitu profitabilitas perseroan akan semakin cemerlang di tengah iklim usaha yang kompetitif.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper