Bisnis.com, JAKARTA – Minat investor terhadap obligasi ritel (ORI) seri ORI021 yang akan ditawarkan akhir Januari mendatang diyakini masih tinggi.
Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menuturkan, penerbitan ORI021 diperkirakan cenderung dibayangi oleh sentimen hawkish dari The Fed, terutama bila data inflasi di minggu ini mengalami kenaikan.
Ia menjelaskan. dibandingkan dengan seri ritel lainnya, seri ORI cenderung terdampak sentimen global seiring dengan sifatnya yang dapat diperdagangkan (tradeable).
“Hal ini dapat memicu ketertarikan investor untuk melakukan transaksi jual beli seri ini,” jelasnya saat dihubungi, Senin (10/1/2022).
Selain dari sisi sentimen pasar keuangan, permintaan akan obligasi ritel dipengaruhi oleh solidnya kepercayaan konsumen kelas menengah atas akibat pemulihan ekonomi domestik.
Pada bulan Desember lalu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat berpendapatan ke atas berada pada level 124,1, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 124,9.
Baca Juga
Tingginya keyakinan konsumen menengah ke atas mengindikasikan bahwa disposable income dari masyarakat belum terganggu, sehingga diperkirakan masyarakat masih tertarik pada investasi SBN.
Seiring dengan kondisi tersebut, diperkirakan Josua memprediksi jumlah penjualan ORI021 akan berada di kisaran Rp12 triliun - Rp20 triliun dengan prediksi tingkat kupon pada rentang 4,8 persen - 5,0 persen.
Josua melanjutkan, berdasarkan tren pada tahun 2021, tingkat kupon obligasi ritel cenderung turun. Hal tersebut seiring dengan upaya pemerintah untuk mengurangi beban pembiayaan bunga APBN.
“Hal ini juga masih menjadi salah satu daya tarik bagi obligasi ritel, mengingat penurunan suku bunga deposito cenderung lebih cepat dibandingkan tren penurunan kupon SBN,” ujarnya.