Bisnis.com, JAKARTA – Naiknya kesadaran masyarakat terhadap instrumen investasi dan potensi return yang atraktif menjadi katalis utama tingginya penawaran pada obligasi negara ritel (ORI) seri ORI021.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring sekitar pukul 15.00 WIB, total penjualan ORI021 telah menyentuh Rp25,08 triliun. Adapun kuota pemesanan tercantum Rp1,41 triliun dari target Rp26,5triliun.
Masa penawaran ORI021 telah dibuka sejak 24 Januari 2022 dan rampung pada hari ini. ORI021 merupakan seri SBN ritel pertama yang ditawarkan pemerintah pada tahun ini.
Terkait hal tersebut, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan respons masyarakat terhadap ORI021 yang cukup tinggi salah satunya ditopang oleh kesadaran masyarakat terhadap instrumen investasi yang aman.
Ramdhan memaparkan, banyaknya kasus investasi bodong selama beberapa waktu belakangan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berinvestasi. Saat ini, masyarakat lebih memilih instrumen yang cenderung aman.
“Untuk seluruh obligasi ritel kita dijamin oleh pemerintah, jadi keamanannnya terjamin. Dari sisi return memang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan instrumen berisiko lain, tetapi masyarakat melihatnhya masih menarik,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (17/2/2022).
Baca Juga
Selain itu, kupon ORI021 di level 4,9 persen masih lebih menarik dibandingkan instrumen sejenis seperti deposito. Daya tarik kupon ini juga ditopang keringanan pajak penghasilan (PPh) bunga obligasi untuk investor dalam negeri yang telah diturunkan menjadi 10 persen.
Hal ini dinilai menjadi pemanis tambahan yang menarik lebih banyak investor ke instrumen ORI021.
“Bila dibandingkan dengan deposito yang pajaknya 20 persen, ORI021 tentunya lebih menarik dari sisi return bersihnya,” katanya.
Lebih lanjut, Ramdhan mengatakan saat ini animo investor ritel terhadap instrumen seperti SBN ritel sedang tinggi. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh sikap para investor ritel cenderung masih menahan belanja dan memilih untuk berinvestasi.
Ke depannya, Ramdhan mengatakan minat masyarakat terhadap instrumen SBN ritel akan tetap terjaga sepanjang tahun ini. Tren ini diyakini akan tetap berlanjut meski dibayangi potensi kenaikan suku bunga acuan.
Ia mengatakan, pergerakan suku bunga akan mempengaruhi kupon yang ditawarkan oleh pemerintah dalam SBN ritel. Kenaikan suku bunga akan turut mengerek naik kupon pada sebuah SBN ritel.