Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Berjaya Jelang Natal, Dolar AS Masih Keok

Rupiah menguat bersama peso Filipina yang naik 0,11 persen, ringgit Malaysia naik 0,14 persen, dan baht Thailand naik 0,19 persen.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah dibuka menguat pagi ini. Penguatan mata uang Garuda beriringan dengan apresiasi mata uang di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (22/12/2021), rupiah terapresiasi 0,36 persen menjadi Rp14.238 per dolar AS pada pukul 09.24 WIB.

Rupiah menguat bersama peso Filipina yang naik 0,11 persen, ringgit Malaysia naik 0,14 persen, dan baht Thailand naik 0,19 persen. Sedangkan yuan China melemah 0,01 persen dan yen Jepang melemah 0,04 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.270-Rp14.330 pada hari ini.

Dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pemerintah tetap perlu meningkatkan pengawasan terhadap masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar kota pada akhir tahun.

“Apalagi perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru hanya tinggal menghitung hari. Lebih dari setengah juta unit kendaraan (jutaan orang) sudah mulai meninggalkan Jabodetabek,” tulis Ibrahim dalam riset harian, dikutip Kamis (23/12/2021).

Berdasarkan catatan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, sebanyak 648.669 kendaraan telah melewati empat gerbang tol utama yang mengarah ke timur, barat, maupun selatan. Empat gerbang tol tersebut adalah gerbang tol Cikupa arah Merak, gerbang tol Ciawi arah Puncak, gerbang tol Cikampek, dan gerbang tol Kalihurip Utama arah Trans Jawa dan Bandung.

Sementara itu, penguatan rupiah juga terjadi ketika indeks dolar AS melemah lantaran pasar kembali mengoleksi aset berisiko. Namun, imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi dan selera risiko investor yang agak membaik diperkirakan bisa meredam efek negatif kekhawatiran penyebaran varian Omicron Covid-19.

“Investor berjuang untuk menjelaskan suasana "risk-on", dengan beberapa mengatakan pasar berjuang untuk menilai konsekuensi omicron, yang mengarah ke volatilitas yang tidak sesuai dengan musimnya.” tulis Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper