Bisnis.com, JAKARTA – Valuasi sektor teknologi yang terlalu tinggi membuat lajunya seolah terhenti pada kuartal III/2021.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan selama ini sektor tersebut terus bergerak didorong oleh ekspektasi. Maka itu, dia melihat saat ini investor sedang melakukan profit taking.
“Sektor ini valuasinya luar biasa mahal, bergerak atas ekspektasi yang besar sekali dan likuiditasnya umumnya tidak besar, jadi ketika ada yang profit taking rawan terkoreksi dalam,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (22/9/2021).
Wawan menambahkan sejauh ini sektor tersebut digerakkan lebih pada rumor akuisisi bukan fundamental perseroan. Sementara itu dia menilai sektor teknologi membutuhkan waktu untuk membukukan keuntungan yang stabil.
Wawan tidak memiliki emiten favorit dalam sektor anyar tersebut karena terbilang mahal. Dia menyarankan bagi investor yang tertarik mendiversifikasi bisa melirik sektor bank digital seperti ARTO atau BUKA yang memiliki likuiditas cukup.
Di sisi lain, belum ada sengatan untuk mendorong naik sektor kekinian itu. Alih-alih sentiment positif, Wawan melihat sektor konvensional justru akan unjuk gigi pada kuartal IV/2021. Misalnya sektor perbankan maupun konsumer.
Baca Juga
“Sektor teknologi karena valuasi sudah mahal sekali bila tidak ada katalis positif kuat akan cenderung stagnan atau bahkan terkoreksi,” jelasnya.
Sementara itu Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan konstituen dalam sektor tersebut mengalami kenaikan yang signifikan pada paruh pertama. Hal itu membuat emiten-emiten sektor teknologi kini memiliki valuasi yang tinggi.
“Jadi memang unsur spekulasinya sangat kuat. Investor harus lebih berhati-hati saja ketika masuk ke saham yang valuasinya sudah tinggi,” ungkapnya.
Menurutnya valuasi tersebut bisa dijustifikasi apabila kenaikan penjualan dan laba bersihnya dapat mengejar. Namun jika tidak berhasil maka saham tersebut berpotensi mengalami koreksi.