Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi medis yang menekan kinerja emiten asuransi berdampak berbeda bagi emiten rumah sakit. Sub sektor kesehatan ini justru mendapatkan angin segar. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) tercatat menjadi salah satu perusahaan yang diuntungkan dengan tren kenaikan biaya layanan kesehatan.
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama menjelaskan dampak inflasi medis akan berbeda pada tiap subsektor emiten kesehatan. Menurutnya, beban klaim yang meningkat membuat emiten asuransi berisiko mengalami penurunan margin underwriting. .
"Ini terlihat dari pertumbuhan average selling price (ASP) dan revenue per pasien yang terus meningkat. Inflasi medis di sisi rumah sakit justru bisa mendorong pendapatan dan laba, sehingga subsektor ini menjadi salah satu yang resilient," ujarnya pada Bisnis, Selasa (19/8/2025).
Ekky mencontohkan, MIKA menjadi salah satu emiten rumah sakit yang diuntungkan kala inflasi medis melanda.
Bila merujuk kondisi perseoran dalam 5 tahun ke belakang, pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap dalam tren menanjak. Setiap periodenya, pos ini menjadi kontributor terbesar MIKA mendulang pendapatan bersih.
Bila diurutkan, pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap pada semester I/2020 mencapai Rp407,51 miliar atau 28,27% dari total pendapatan bersih mencapai Rp1,44 triliun.
Baca Juga
Hingga semester I/2021, pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap melesat 77,54% menjadi Rp723,51 miliar. Kontribusinya juga meningkat menjadi 30,27% dari total pendapatan bersih sebesar Rp2,39 triliun.
Setahun berselang, pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap turun 17,51% menjadi Rp596,86 miliar, atau 28,80% dari total pendapatan bersih sebesar Rp2,07 triliun. Hal ini membuat kinerja bottom line juga terpangkas, dengan kontraksi laba bersih 13,98% YoY menjadi Rp529,76 miliar per semester I/2022, dibanding Rp615,88 miliar pada semester I/2021.
Penurunan berlanjut pada semester I/2023. Pada periode ini, laba bersih terkoreksi 14,47% menjadi Rp453,10 miliar, disebabkan oleh penjualan bersih yang juga kontraksi 1,15% menjadi Rp2,05 triliun. Dalam periode ini, pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap sebenarnya menanjak 4,98% YoY, namun beban pokok pendapatan melambung 5,31% YoY.
Kala inflasi medis Indonesia merangkak ke posisi 10,1% pada 2024, pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap turut tersengat tumbuh 14,89% YoY menjadi Rp719,91 miliar. Hal ini mendorong pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 19,71% YoY menjadi Rp2,45 triliun.
Alhasil, dari sisi bottom line laba bersih MIKA pada paruh pertama 2024 melesat 32,55% YoY menjadi Rp600,56 miliar.
Tren positif berlanjut hingga semester I/2025. Pendapatan obat dan perlengkapan medis rawat inap tumbuh 9,08% menjadi Rp785,25 miliar, atau mencapai 30,63% dari total pendapatan bersih yang tumbuh 4,52% YoY menjadi Rp2,56 triliun.
Kinerja positif di sisi top line tersebut mendorong laba bersih MIKA meningkat 6,52% YoY menjadi Rp639,72 miliar.
--
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.