Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Beragam, Investor Menanti Data Inflasi AS

Pelaku pasar pada minggu ini akan mengamati dengan cermat data baru tentang inflasi AS dan belanja konsumen AS.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup bervariasi pada Senin (13/9/2021) waktu setempat, dengan Dow Jones dan S&P 500 mengakhiri pelemahan yang terjadi lima hari beruntun sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (14/9/2021), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,76 persen atau 261,91 poin ke 34.869,91, sementara S&P 500 menanjak 0,23 persen atau 10,15 poin ke 4.468,73, sedangkan Nasdaq melemah 0,07 persen atau 9,91 poin ke 15.105,58.

Investor saham tengah mencerna pengawasan peraturan yang ketat di China setelah Financial Times melaporkan bahwa Beijing bertujuan untuk memecah perusahaan teknologi keuangan Alipay dan memisahkan bisnis pinjamannya yang menguntungkan. Saham raksasa teknologi China termasuk Alibaba (BABA) dan Tencent (TCEHY) sempat turun sebelum akhirnya menguat.

Pelaku pasar pada minggu ini akan mengamati dengan cermat data baru tentang inflasi AS dan belanja konsumen. Indikator ekonomi ini akan dipantau untuk memberi sinyal apakah tekanan harga selama pemulihan ekonomi berlanjut, dan apakah Federal Reserve mungkin perlu turun tangan lebih cepat untuk mencegah lonjakan inflasi.

Konsensus ekonom memperkirakan indeks harga konsumen (CPI) naik 5,3 persen pada Agustus 2021 dibandingkan periode sama tahun lalu, mundur dari kenaikan tahunan tertinggi lebih dari satu dekade pada Juli 2021 sebesar 5,4 persen.

"Masalah pasokan global dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada inflasi dalam waktu dekat, tetapi peningkatan inflasi yang dialami segera setelah krisis Covid hampir mencapai puncaknya dan kami memperkirakan inflasi utama akan turun kembali di negara ekonomi maju pada 2022," kata ekonom Capital Economics Jack Allen-Reynolds.

Namun, lanjutnya, kombinasi dari dukungan fiskal dan moneter, serta penurunan angkatan kerja AS yang lebih lama berpotensi membuat inflasi inti AS akan tetap jauh di atas target pada 2022.

Data baru tentang penjualan ritel untuk Agustus 2021 dari Departemen Perdagangan yang bakal dirilis akhir pekan ini juga memberikan gambaran bagaimana belanja konsumen bertahan di tengah kekhawatiran atas Covid-19 varian Delta dan kenaikan harga.

Penjualan ritel keseluruhan diperkirakan turun 0,8 persen pada Agustus 2021 sehingga memperpanjang penurunan 1,1 persen yang terjadi pada Juli 2021.

"Ini adalah ekonomi yang tidak biasa saat ini: sangat didorong oleh kebijakan [antara] kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan sosial,” kata Robert Dye, Kepala Ekonom Comerica Bank kepada Yahoo Finance.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper